Batu Bata Kuno berukuran superbesar ditemukan di Desa Kedungbenda, Kemangkon, Purbalingga. Dimensinya (31 x 21 x 9) cm, sekira 5 kali lipat ukuran batu bata sekarang. Temuan itu, konon, bentuk dan ukurannya identik dengan batu bata yang ada di Situs Kumitir, Trowulan, bekas Keraton Majapahit. Sayangnya, saat ini tak banyak yang bersisa. Lokasi temuan batu bata itu di Dusun Jero Tengah, Kedungbenda. Saat ini lahannya sudah dijadikan balai desa dengan bangunan utamanya dinamakan 'Pendopo Sibata'.
Menurut cerita warga yang saya temui, dari dulu banyak temuan batu bata seperti itu. Namun, karena kurangnya kesadaran bahwa batu bata itu bernilai sejarah, banyak yang dijadikan bahan bangunan, umpak (bantalan) tiang, ganjel pintu, dan lainnya.
Kajian ilmiah dari sisi arkeologi mengenai temuan batu bata kuno itu juga belum ada. Sesepuh desa yang saya temui juga tak dapat menjelaskan batu bata itu ditemukan dari bentuk bangunan yang seperti apa-- candi, istana kadipaten/kerajaan=- tidak ada penjelasan, bahkan, setidaknya folklore tentang itu juga tidak ada.
Sebagai informasi, di Desa Kedungbenda yang diapit dua sungai besar, Serayu dan Klawing, banyak ditemukan artefak sejarah, antara lain phallus dari peradaban neolitikum serta lingga dan yoni yang mencirikan Kebudayaan Hindu. Artefak yang ditemukan pada situs yang ada di Dusun Panembahan Drona itu bahkan sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
Jadi, desa yang ada di perbatasan Kabupaten Banyumas itu memang lekat dengan peradaban masa silam, bahkan sejak era prasejarah. Oleh karena itu, jika menilik hal tersebut, patut diduga batu bata kuno merupakan bagian dari bangunan sejarah yang mewarnai peradaban lampau. Untuk memastikan hal ini, tentu saja perlu kajian lebih mendalam oleh pihak yang berwenang dan berkompeten. Kepala Desa Kedungbenda, Purwono, menyatakan akan bergerak untuk menguak temuan itu. Pihak Pemerintah Desa akan bersurat ke dinas terkait agar dilaksanakan kajian ilmiah yang komprehensif.
Kedungbenda, Desa Berbudaya
Desa Kedungbenda selain banyak memiliki arfetak bersejarah, baik yang sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya maupun belum, memiliki kekayaan budaya yang menarik. Seni tradisi nan unik banyak yang masih dilestarikan oleh masyarakat. Ada Seni Begalan, Dhames, Aplang, Ebeg, dan lainnya. Kemudian, ada juga Kampung Nelayan yang unik, satu-satunya di Purbalingga sebagai wilayah yang tidak memiliki pantai.