Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Misteri Batu Dakon Purbalingga

13 Desember 2018   14:18 Diperbarui: 13 Desember 2018   20:40 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu Dakon (Dok. Pribadi)

Kabupaten Purbalingga banyak menyimpan situs dan peninggalan sejarah dari zaman perang kemerdekaan, era kesultanan Islam, kerajaan Hindu-Budha hingga zaman purba. Salah satu wilayah yang kaya akan peninggalan bersejarah adalah Desa Onje, Kecamatan Mrebet. Berdasarkan catatan sejarah, desa itulah yang menjadi cikal bakal kabupaten Purbalingga.

Salah satu situs bersejarah unik di Desa Onje adalah Situs batu Dakon. Kenapa diberi nama situs batu Dakon? Sebab, jejak arkeologi yang ditinggalkan berupa bongkahan batu yang bagian atasnya terdapat cerukan-cerukan seperti papan dakon atau congklak. Jadi bisa saja situs tersebut diberi nama Situs Batu Congklak.

Memang, batu Andesit berwarna hitam selebar kurang lebih 70 cm itu serupa papan dakon alias congklak, itu lho permainan tradisional anak-anak. Pada bidang batu yang datar, terdapat 10 cerukan yang beragam. Diameter terlebar cerukan 15 cm dan diameter tersempit dekitar 10 cm.

Situs Batu Dakon Purbalingga (Dok. pribadi)
Situs Batu Dakon Purbalingga (Dok. pribadi)
Lokasi situs tersebut di tak jauh dari situs bersejarah lainnya di Desa Onje yaitu Masjid Sayyid Kuning. Setelah berjalan kurang lebih 250 meter ke arah pertemuan tiga sungai atau masyarakat menyebut kedung pertelu, jojok pertelu atau tempuran tiga batu Dakon tepat berada di pojok tebingnya. Tebing tersebut juga tertutup oleh tatanan batu yang dasarnya seperti pondasi/talud kemudian ada anak tangga yang membentuk punden berundak.

Nah, yang menggelitik saya, apakah fungsinya batu Dakon tersebut, masih misterius? Apakah anak-anak zaman purba di Purbalingga sudah mainan Congklak? Bisa jadi... Hehe.

Saya pun berselancar ke dunia maya mencari informasi yang lebih detail, ternyata temuan batu Dakon tak hanya di Purbalingga. Batu serupa juga ditemukan di Bogor, bahkan ada tiga yaitu, di area Situs Kebon Kopi, batu Dakon Kampung Raden Saleh dan batu Dakon Pasir Jaya. 

Kemudian ada Situs Cengkuk, Sukabumi, Situs Sinjar Bulan, Jambi, Aek Sipitu Dai, Limbong, Pulau Samosir, Situs Benteng Sari, Lampung Timur, Situs Kulawi, Sigi, Sulawesi tengah dan Situs Taman Purbakala Cipari, Kuningan.

Temuan batu Dakon di beberapa tempat di Nusantara ini, artinya batu seperti itu lazim digunakan oleh pada zaman dulu. Lalu, kembali ke laptop, apa fungsinya?

Mari kita kita sibak kabut misterinya...

Punden Berundak Menuju Batu Dakon (Dok. Pribadi)
Punden Berundak Menuju Batu Dakon (Dok. Pribadi)
Selain dugaan bahwa batu itu adalah papan permainan anak-anak japur alias zaman purba, kalangan ahli prasejarah beranggapan lubang di batu itu berfungsi sebagai altar sesajian seperti kembang-kembangan atau biji-bijian. Masing-masing lubang bisa berisi barang sesajian yang berbeda-beda. Jadi, area batu dakon adalah area pemujaan arwah leluhur. 

Tak mengherankan dugaan ini, karena di sekitar batu Dakon juga ditemukan menhir dan lokasinya juga seperti punden berundak. Sampai saat ini, area tersebut pun masih menjadi tempat pemujaan. Ketika saya berkunjung kesana pekan lalu, banyak tertinggal tumpukan sisa pembakaran kemenyan dan bebungaan.

Ada pula ahli sejarah yang beranggapan fungsi batu Dakon itu sebagai proyeksi peta bintang seperti di dataran tinggi India atau seperti sistem penanggalan kuno di Masyarakat Adat Baduy yang dikenal dengan "Kolonjer". Entah apapun fungsinya, kalau melihat cerukan-cerukan pada batu Dakon jelas hasil karya manusia dan tampak sekali sering digunakan.

Nah, Masyarakat Desa Onje mempunyai versinya sendiri mengenai batu Dakon yang bertalian dengan leluhur mereka, yaitu, Adipati Onje II atau Raden Anyakrapati. Berdasarkan cerita rakyat setempat, batu ini merupakan peninggalan dukun bayi yang merawat Adipati Onje II yang hidup pada Abad 16 Masehi (Manuskrip Punika Serat Sejarah Babad Onje ). 

Konon, batu tersebut sebagai bekas sarana mengulek aneka bahan jejamuan untuk kesehatan atau pengobatan masa kecil Sang Adipati. Cerita lain, masih terkait Adipati Onje II, batu tersebut bisa berlubang-lubang karena sengaja digerus-gerus untuk diambil serbuk batunya yang digunakan untuk bahan menggosok gigi.

Jadi, mana yang paling logis soal fungsi batu Dakon nan unik itu? Silahkan dinilai sendiri yaa. Kalau rekan kompasianer mau bertandang ke Purbalingga. Menjelajahi keindahan dan kekayaan budayanya, silahkan kontak saya.

Salam Hangat dari Purbalingga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun