Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Wong Alas" di Pedalaman Hutan Purbalingga, Mitos atau Fakta?

20 November 2017   22:26 Diperbarui: 21 November 2017   18:30 12584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dikusi Wong Alas Di Pedalaman Hutan Purbalingga : Mitos atau Fakta? (Dok PPA Gasda)

Beberapa waktu kemudian, Ia bertemu dengan mereka tiga tahun kemudian di desa dan sesepuh desa menyebut mereka sebagai Wong Alas. "Jadi, dua kali saya bertemu dengan mereka, menurut sesepuh desa mereka Wong Alas dan dipimpin oleh seseorang bernama Cawing Tali," katanya.

Kris Hartoyo Yahya, politisi yang juga aktivis lingkungan juga tak bisa melupakan kejadian tahun 1999. Saat itu, Ia baru saja pulang seusai melakukan kegiatan politik di Desa Sirau dan sekitarnya. Nahas, waktu sudah tengah malam, mobilnya mogok ditengah jalan.

"Akses jalan dari dan ke Sirau tahun itu masih sangat jelek, mobil saya 4 WD mogok ditengah jalan. Tiba-tiba ada serombongan orang yang menolong untuk mendorong mobil saya. Setelah lepas dari jalan dan mobil bisa dihidupkan kembali, mereka pergi begitu saja," katanya.

Ia tidak yakin bahwa mereka adalah warga sekitar. "Saat itu sudah jauh dari perkampungan, saya rasa mereka bukan warga sekitar. Komunikasi yang terjadi antara kita juga minim. Mereka membantu tanpa pamrih. Saya ucapkan maturnuwun, mereka membalas sekedarnya lalu pergi begitu saja," katanya.

Lalu, Apakah mereka wong Alas? "Saya tidak begitu memperhatikan, namun saya rasa bukan warga sekitar," ujar Kris yang juga Direktur Puspahastama, Perusahaan Daerah yang menangani soal pangan.

Taufik Katamso, sesepuh Perhimpunan Pecinta Alam (PPA) Gasda yang sejak tahun 1998 telah mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai keberadaan mereka mengungkapkan memang banyak laporan mengenai perjumpaan dengan Wong Alas. Penduduk Dusun Karanggintung, Desa Panusupan seringkali kedatangan tamu mereka. "Biasanya mereka datang untuk meminta makan atau rokok," katanya.

Wong Alas, kata dia, tidak mengenal kulonuwun (permisi) sehingga akan masuk jika ada rumah warga yang pintunya terbuka. "Ini yang sering kali mengangetkan penduduk, mereka tiba-tiba ada di rumah," katanya. Bahkan, ada cerita salah satu Wong Alas perempuan yang masuk ke rumah, menggendong balita berumur 2 tahunan yang ditinggal ibunya ke dapur. Wong Alas tersebut akhirnya diterima oleh tuan rumah dan menjadi pengasuh balita itu meskipun hanya selama dua minggu.

Kemudian, Ia juga menceritakan Wong Alas sudah mulai memenuhi kebutuhan di luar kebutuhan primernya melalui barter dengan warga sekitar. "Ada serombongan Wong Alas yang menjual kain belacu dan lalu membeli sabun cuci. Ketika ditanya untuk apa, mereka menjawab untuk mencuci rambut," katanya.

Taufik juga menambahkan ada Wong Alas remaja bernama Gimin yang sempat menjadi tukang cuci piring di warung warga sekitar untuk sekedar mendapatkan makan.

Lalu apakah terjadi regenasi Wong Alas? Taufik juga menceritakan ada perjumpaan warga dengan anak-anak yang diduga Wong Alas. Ada cerita warga pencari sarang semut yang bertemu dengan anak-anak yang tengah mencari laba laba air dan kepiting di sungai kecil di tengah hutan. "ketika dipanggil mereka lari dan masuk ke dalam hutan. Warga meyakini mereka bukanlah anak-anak dari desa sekitar," katanya.

Dengan berbagai cerita perjumpaan tersebut, Taufik meyakini bahwa mereka merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di pedalaman hutan Purbalingga. Mereka memenuhi struktur masyarakat karena terdiri atas laki-laki, perempuan dan ada juga yang masih remaja, bahkan anak-anak. Mereka juga hidup berkelompok, Ia mengidentifikasi setidaknya ada 2 kelompok Wong Alas yang ada di pedalaman hutan Purbalingga. Pertama, Kelompok pimpinan Cawing Tali dan Minarji seperti yang dijumpai oleh Fariz, dan Kelompok San Klonang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun