Mohon tunggu...
Ignatius Kisa
Ignatius Kisa Mohon Tunggu... Pemuka Agama - tinggal di seminari tinggi Pineleng

lahir di modo, 8 Januari 1997, Buol sulawesi tengah. sekarang sedang kuliah di STF-SP sebagai mahasiswa teologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Milenial

6 Desember 2019   20:00 Diperbarui: 6 Desember 2019   20:02 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbicara mengenai budaya, Negara Indonesia tidak diragukan lagi bahkan menjadi negara nomor satu di dunia yang banyak memiliki kebudayaan. Ini dikarenakan adanya kemajemukan atau pluralisme. Kebudayaan yang ada tersebut tampil sebagai jati diri atau menjadi ciri khas dari setiap daerah yang ada di Indonesia ini.

Orang acap kali hanya dengan menampilkan kebudayaan mereka, masyarakat langsung mengetahui dari mana mereka berasal, jadi dengan menampilkan budaya, orang serentak mengenalkan jati diri mereka.

Di negara ibu Pertiwi ini, tak terbilang banyaknya kebudayaan dengan tradisinya yang sangat unik dan sakral. Tetapi pertanyaannya apakah kebudayaan tersebut masih dipertahankan sampai sekarang atau tidak, apa lagi diperhadapkan dengan zaman yang milenial ini yakni jaman dimana segala sesuatu dapat diperoleh dengan muda atau jaman maju yang moderen ini, di mana segala sesuatu serba instan atau simpel.

Dengan mengacu pada pertanyaan tersebut, pastinya ada berbagai jawaban yang bisa dilontarkan. Ada yang dengan bangga mengatakan bahwa ya.. kami tetap mempertahankan budaya kami dan sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa kami tidak bisa menjamin apakah sampai saat ini kebudayaan kami masih eksis atau tidak.

Berangkat dari perubahan zaman yang sangat signifikan ini, tanpa disadari nilai kebudayaan yang  ada perlahan-lahan mulai terkikis. Satu fakta nampak yakni anak  zaman milenial sekarang ini, sebagian tidak tahu kebudayaan mereka bahkan ada pula yang enggan dan malu untuk menampilkannya di hadapan teman sebaya atau teman sekolah mereka. Mereka lebih memilih melakukan hal-hal yang menyangkut dengan zaman mereka yakni menggunakan alat-alat elektronik yang serba cangih.

Dengan terkikisnya kebudayaan yang sekian lama dipertahankan oleh para leluhur,  maka dibutuhkan suatu kesadaran dari masing-masing kita. Yaitu kesadaran untuk melakukan satu tindakan nyata, misalkan saat makan bersama orangtua seyogyanya memanfaatkan momen makan bersama itu dengan menceritakan tentang kebudayaannya (misalnya tentang tarian, dan adat kebiasaan lainya).

Nilai edukatifnya jelas, yaitu agar anak-anak mengenal, mengetahui serta dapat memahami nilai-nilai atau dimensi-dimensi yang terkandung dalam kebudayaanya. 

Mengenalkan kepada anak-anak tentang kekayaan budaya dan tradisi menjadi sesuatu yang sangat urgent. Mengingat dewasa ini gaya hidup anak-anak cenderung kebarat-baratan (westernis). Selain itu mereka adalah generasi penerus kita yang kelak akan memimpin negara ini.

Tidaklah perlu bagi kita untuk berusaha menjauhkan anak- anak kita dari perkembangan zaman ini tetapi sebaliknya kita mengajarkan kepada mereka akan kekayaan kebudayaan kita yang ada. berusaha agar kebudayan tersebut tidak mati atau perlahan diredupkan oleh perkembangan zaman ini. Mari kita buat nilai kebudayaan kita semakin hari semakin eksis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun