Mohon tunggu...
Aryono Putranto
Aryono Putranto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pembelajar yang tinggal di kota pelajar

(semoga) menjadi penulis yang kritis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Zlatan Ibrahimovic, Representasi "Magis" di Lapangan Hijau

3 Oktober 2019   19:13 Diperbarui: 3 Oktober 2019   19:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bola liar yang memantul ke tanah, akhirnya disambar oleh seorang pemain debutan. Akurasi yang tepat, membuat bola tersebut menghunjam bebas ke gawang meski ditendang dari jarak yang tidak bisa dikatakan dekat. Sontak suasana stadion menjadi gemuruh.

Tendangan yang mematikan itu pula yang berhasil mengantarkan kemenangan yang tak akan pernah dilupakan. Tendangan yang dilakukan oleh seorang pesepakbola gaek yang mencari peruntungan di tanah Paman Sam.

Mungkin ada orang yang tidak menyangka bahwa gol spekatkuler itu diciptakan oleh pemain sepakbola yang sudah berusia lebih dari 30 tahun. Akan tetapi, ketika kemudian tercantum nama pencetak gol tersebut adalah Zlatan Ibrahimovic, semua orang akan mafhum pada akhirnya.

Ibrakadabra, julukan yang disandangnya, memang seakan tidak pernah habis membuat 'keajaiban'. Salah satu ilustrasi gol di atas adalah buktinya. Gol itu terjadi saat Ibra, panggilan akrabnya, menjalani debut di kasta tertinggi liga sepakbola Amerika Serikat, MLS (Major League Soccer).

Lebih menambah unsur heroik, selain gol penentu kemenangan dicetak debutan kelas dunia, pertandingan tersebut juga merupakan pertandingan satu kota (derby) antara Los Angeles Galaxy melawan Los Angeles FC.

Zlatan Ibrahimovic memang tidak akan pernah habis dengan unsur magisnya. Di manapun dia berada, sentuhan-sentuhan ajaib Ibrakadabra akan senantiasa muncul. Sentuhan ajaib Ibra sudah mulai terlihat oleh dunia ketika ia membela Ajax Amsterdam. Saat itu dunia menyadari, calon raja baru lapangan hijau telah lahir.

Tanpa perlu menunggu lama, klub-klub sepakbola elite pun menjadi tempatnya singgah, sebut saja trio raksasa Italia, mulai dari Juventus, Inter Milan, hingga AC Milan (iya, dulu AC Milan adalah raksasa Italia), klub legendaris Spanyol, Barcelona, klub jawara Liga Inggris, Manchester United, hingga klub milenial Liga Prancis, Paris St. Germain.

Hinggapnya Ibra di klub-klub elit tersebut tidak hanya sekedar pemanis susunan pemain ataupun pelaris jersey, tetapi juga prestasi-prestasi yang dia torehkan di sana melalui gol-gol ajaibnya. Memang banyaknya prestasi Ibra ini seakan ada kurangnya karena dia belum pernah meraih trofi Liga Champions. Bagi saya, hal ini hanyalah ketidakberuntungan semata.

Dengan sekian banyak prestasi dan pencapaian yang dia raih, memang akhirnya memunculkan kesan arogansi dalam diri Ibra. Hal ini tercermin dari beberapa kalimat yang dilontarkannya. Sebagai contoh, ketika ada jurnalis yang membandingkan dirinya dengan Carlos Vela (salah satu penyerang andalan di Liga Amerika Serikat juga). 

Mengutip dari onefootball.com, Ibra mengatakan kepada jurnalis, "I have a lot of respect for Vela, he's a good player, but you did one mistake, you [the media] compared him with me, that was your biggest mistake". Bagi seorang Ibra, jika ada yang membanding-bandingkan dirinya dengan pesepakbola lain, itu adalah kesalahan besar.

Arogankah kalimat itu? Menurut saya, untuk sosok sekaliber Ibra, kalimat semacam itu adalah hal yang wajar karena Ibra punya daya magis yang akan sulit disaingi oleh pesepakbola lainnya. Kata 'magis', yang merupakan istilah bahasa Latin, bisa diartikan: menjadi lebih baik, unggul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun