Mohon tunggu...
Ignatia Helena T.S.
Ignatia Helena T.S. Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMPN 20 Malang

Music⁠♪ Otaku's

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bebas Plastik Dimulai dari Diri Sendiri

18 November 2022   09:00 Diperbarui: 18 November 2022   09:12 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mengumpulkan botol plastik | Foto: Shutterstock 

“Jangan hanya partisipasi, tetapi berikan dedikasi yang murni kepada alam.”

- Norman Edwin –

Ungkapan Norman Edwin ini merupakan dorongan dan himbauan semangat untuk tidak hanya bicara dan sekadar membantu jika alam mengalami masalah dan terancam kelangsungan hidupnya. Norman Edwin adalah tokoh wartawan dan pecinta alam sejati yang mendedikasikan dirinya penuh pada alam hingga ia pun meninggal di salah satu gunung tertinggi di dunia Aconcagua, Argentina.

Ada sesuatu yang membuat hati saya sedih ketika melihat kenyataan di sekolah masih banyak teman-teman lebih senang membeli minuman kemasan, terlebih berbahan plastik. Himbauan dari pihak sekolah masih sering diabaikan, padahal sudah digaungkan setiap saat agar membawa air minum di botol minuman sendiri dan jika habis dapat mengambil air minum yang sudah disediakan oleh sekolah.

Seringkali saya bertanya pada teman saya yang nyaris tidak pernah membawa bekal minuman sendiri. Jawabannya bermacam-macam, ada yang malas bawa karena dia pelupa. Beberapa kali botolnya ketinggalan dan hilang yang membuat mamanya marah. Alasannya cukup menggelikan juga, mamanya marah karena botol minuman yang sering hilang itu produk yang premium dan mahal. Kita pasti mengenal produk terkenal itu, karena pasti produk yang akrab dan sangat disukai para mama. Betul sih, botol itu dibuat dari bahan yang sudah berlisensi dan layak menjadi kemasan isi ulang.

Seorang sahabat juga mengungkapkan bahwa ia sering dimarahi mamanya karena malas mencuci botol minuman bawaannya setelah pulang sekolah. Itu pun menjadi alasan dia malas membawa botol ke sekolah. Beberapa teman laki-laki beralasan bahwa membawa botol minuman sendiri itu ribet. Bawaan jadi berat. Menurut mereka lebih enak beli minum kemasan, setelah habis kemasan langsung dibuang, praktis.

Lebih miris lagi melihat mereka membuang sampah plastik sembarangan. Masih sering terlihat sampah-sampah plastik menyelip di balik gazebo dan toilet sekolah, bertaburan di atas pot-pot tanaman sekolah dan pojok-pojok tangga juga kelas. Kalau sudah gemes saya memaksa beberapa teman untuk mengambili sampah-sampah itu dan membuangnya di tempat sampah sekolah. Bukan cari muka, tetapi jujur kadang merasa risih saja melihat sampah-sampah berserakan di sana sini.

Ilustrasi tumpukan botol plastik | Foto: eco.bnb.com
Ilustrasi tumpukan botol plastik | Foto: eco.bnb.com

Tantangan berat di masa kini adalah sampah atau limbah dari plastik. Plastik sangat sulit terurai dan mengakibatkan berbagai masalah lingkungan seperti pencemaran lingkungan dan terganggunya ekosistem laut yang berdampak pada kelangsungan hidup alam dan isinya di masa mendatang. Penggunaan plastik yang berlebihan oleh manusia sudah mulai mengancam dan tak terkendali karena kebiasaan yang sulit dihilangkan.

Plastik sudah mengepung setiap pergerakan hidup manusia sehari-hari. Penggunaan plastik sebagai kemasan makanan adalah contoh nyata yang selalu dapat kita lihat dan bahkan kita sendiri yang mungkin menggunakannya. Plastik masih banyak digunakan untuk kemasan makanan dan minuman, kemasan baju dan kantong belanja. Sulit dihapuskan meskipun pemerintah sudah membuat peraturan untuk tidak menggunakan kemasan dari plastik. Susah dihindari meskipun sekolah-sekolah juga sudah berulang kali memberi sanksi bagi murid-murid yang enggan membuang sampah pada tempatnya.

Menghadapi hal yang mengancam lingkungan itu diperlukan kemauan yang kuat untuk turut ambil bagian dalam memelihara dan menjaga kelestariannya. Lagi-lagi, semua harus mulai dari diri kita sendiri. Niat dibangun dari pribadi kita sendiri. Bergerak dulu atau action dulu baru bisa menggerakkan orang lain.

Ilustrasi memilah sampah plastik | Foto : Tzuchi.or.id
Ilustrasi memilah sampah plastik | Foto : Tzuchi.or.id

Seperti kata-kata Norman Edwin di atas, kita harus mau memberikan diri untuk alam dan lingkungan. Tidak harus dengan menjadi petugas kebersihan tetapi dengan mulai disiplin diri untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan menggunakan sampah plastik.

Lima hal penting yang dapat kita lakukan untuk membebaskan diri dari limbah plastik antara lain adalah :

1.    Disiplin untuk mulai mengurangi penggunaan plastik dalam hidup sehari-hari

2.    Beralih menggunakan kemasan ‘eco-friendly’ yang ramah lingkungan

3.    Menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah terutama plastik sembarangan dan juga segera mengambil dan membuang sampah itu jika kita melihat sampah berserakan tidak pada tempatnya.

4.    Mengolah limbah tersebut untuk dibuat hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan sesuai denga kemampuan kita, baik menjadikannya sebagai produk daur ulang maupun menjadikannya sebagai hal yang dapat dimanfaatkan contohnya ecobrik memanfaatkan limbah plastik menjadi barang yang berguna.

5.    Mengkampanyekan hidup sehat tanpa plastik melalui keluarga dan teman-teman terdekat yang nantinya akan berdampak di lingkup yang lebih luas.

Dengan melaksanakan lima hal tersebut di atas secara baik dan terus menerus akan membebaskan kita dari kepungan limbah plastik dan ikut serta dalam upaya menjaga dan memelihara lingkungan.

Coba kita bayangkan kalau sampah-sampah itu berserakan, menumpuk dan menggunung di sekitar kita, lalu kemudian lambat laun dia seperti monster yang tiba-tiba mengepung, menelan dan menimbun diri kita. Ih, ngeri kan…

Mari kita menjadi duta bebas plastik mulai dari rumah kita!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun