Mohon tunggu...
ignacio himawan
ignacio himawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - ilmu terapan untuk keseharian

Sekedar berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat untuk Kompas: Ketika Media Massa Menyebar Hoaks

27 Januari 2019   10:00 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:25 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konfrontasi yang viral terjadi di sekitar 1:05 rekaman tersebut. Namun 1 jam pertama meberi latar belakang yang jelas. Sebagian besar dari jangka waktu ini adalah agitasi yang dirahkan ke kelompok India.

Namun ada beberapa selingan agitasi yang diarahkan ke kelompok anak sekolah (menit ke 46, misalnya). Ketika dang India mengatakan remaja-remaja tersebut berteriak "Build the Wall", yang tampak di vdieo adalah serangkaian seruan "Waa.. Waa.. Waa" yang biasa keluar ketika remaja menyiapkan barisan untuk kompetisi olahraga.

Perkataan Build the wall memang muncul, namun dicucapkan oleh agitator yang justru merekam video tersebut.

Bagaimana reaksi media massa ketika versi panjang video tersebut muncul di paruh kedua hari Senin?

Yang jelas tak satupun mengakui telah menjadi penyebar Hoax. (Sayangnya termasuk Kompas). Sang remaja sudah dimaki orang, bahkan diancam untuk dibunuh, tak ada satupun media utama yang membela remaja tersebut.

Para jurnalis yang selalu bangga sebagai kalangan terpelajar (jurnalis di Inggris umumnya produk Oxford/Cambridge dan di AS adalah produk universitas terkemuka seperti Harvard) telah terlanjur memberi komentar yang tidak pantas untuk remaja tersebut.

Media massa berhaluan kanan seperti Fox News malah tampak lebih baik dalam kasus ini (Bayangkan apabila TV ONE di tahun 2014 lalu menampillkan berita yang lebih netral daripada TV lainnya).

ABC news setidaknya mecoba memuat berita analisis video panjang. CNN, Huffinton Post, NBC meluruskan berita tersebut namun dengan menutip pernyataan Donald Trump sehingga tentu saja masih membuka peluang untuk tidak perlu merasa bersalah.

Sedangkan BBC memilih diam seribu bahasa.

****

Saya rasa ada pelajaran penting yang harus diambil disini mengingat suhu politik Indonesia juga mulai memanas akibat perhelatan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun