Mohon tunggu...
Nur Rahayu Igfirliyana
Nur Rahayu Igfirliyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

High hopes for better days☀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Covid-19 terhadap Kegiatan Belanja Online

13 Juni 2021   23:07 Diperbarui: 13 Juni 2021   23:28 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada tahun 2018, menurut lembaga riset asal Inggris, Merchant Machine, Indonesia memimpin negara-negara lain sebagai negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia mencapai 78%. Kegiatan belanja online sudah menjadi hal yang lumrah dikalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan, belanja online sangatlah praktis untuk dilakukan.

Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat mengingeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Virus Corona merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).[1]

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) diumumkan WHO (World Health Organization) tanggal 11 Maret 2020. Kejadian Covid-19 yang dilaporkan kepada publik pertama kali tanggal 31 Januari 2020 di Wuhan, Propinsi Hubei, RRC. Kasus Covid-19 di Indonesia pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret 2020. Sampai hari ini, Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 650 ribu kasus, dengan 536 ribu pasien sembuh dan 19 ribu meninggal dunia.

Dengan meningkatnya jumlah positif Covid-19, pemerintah telah membuat kebijakan untuk melakukan segala aktivitas di rumah seperti belajar, bekerja, dan beribadah. Selain itu, sejauh ini sudah ada 10 daerah yang menerapkan PSBB sebagai upaya untuk memutus tali penyebaran Covid-19.

Hal ini tentu akan semakin membatasi aktivitas masyarakat di luar rumah. Yang biasanya kita dapat belanja secara langsung ke pasar atau super market, saat ini orang yang memilih untuk berbelanja online karena lebih mudah, cepat, banyak pilihan, dan yang paling penting tidak harus berkumpul dengan orang banyak.[2]

Peluang ini tidak disia-siakan oleh e-commerce atau online shop. Mereka menyediakan berbagai macam produk yang dibutuhkan saat ini mulai dari kebutuhan rumah tangga, elektronik, pakaian, dan lain-lain. Tidak hanya itu mereka juga memberikan berbagai macam kemudahan kepada konsumen dan berbagai promosi lainnya seperti diskon, cashback, dan bonus-bonus lainnya.

Berbagai macam tawaran yang diberikan online shop ini tentu menarik minat konsumen untuk berbelanja. Karena dengan adanya online shop, mereka dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan mudah dan cepat sehingga tetap mengikuti aturan yang berlaku. Tanpa harus pergi keluar rumah barang akan tiba dengan aman dan terjamin.

Dengan diberikannya kemudahan dalam berbelanja ini, diharapkan dapat membantu program pemerintah untuk "di rumah saja". Anjuran untuk berdiam diri dirumah ini menyebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang signifikan pada online shop.

Sejak mewabahnya pandemi Covid-19 dan masyarakat diimbau untuk di rumah, kegiatan transaksi belanja online meningkat pesat. Perusahaan e-commerce pun mendapat banyak untung dari transaksi tersebut. Chief Customer Care Officer Lazada Indonesia Ferry Kusnowo mengatakan, berdasarkan data yang ia terima dari McKinsey ada sebanyak 57% masyarakat yang melakukan kegiatan berbelanja melalui digital.

"Selama 6-7 bulan terakhir, belanja online menjadi alternatif utama yang banyak dipilih masyarakat. 92 persen mencoba metode belanja baru, 57% masyarakat yang melakukan pembelanjaan secara digital dan 48% layanan grocery pick up & aplikasi pengiriman," ujarnya dalam diskusi webinar Kenali Hak Konsumen dalam Berbelanja Online, Selasa (27/10/2020). Menurut Ferry ada beberapa faktor pendorong yang membuat kegiatan belanja online meningkat pesat. Pertama, karena banyaknya program promo yang ditawarkan oleh perusahaan e-commerce. Hal ini pun tentu membuat banyak masyarakat sangat tertarik. Kedua, dengan adanya situasi Covid-19, masyarakat lebih dituntut untuk menghindari tempat keramaian. Otomatis untuk memenuhi kebutuhannya, masyarakat cenderung memilih berbelanja secara online.

Selain perusahaan e-commerce mendapatkan banyak keuntungan, bagi para pengguna juga merasakan manfaat menggunakan media belanja online yang lebih praktis serta tidak perlu memerlukan terlalu banyak interaksi. Selain itu  juga terdapat dampak negatif dari kegiatan belanja online, seperti penipuan, barang yang datang tidak sesuai pesanan, serta barang sampai dengan kondisi yang rusak dan lain sebagainya. Semua tergantung kepintaran para konsumen dalam memilih toko serta barang dalam media belanja online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun