Mohon tunggu...
I Gede Mahatma Pratama
I Gede Mahatma Pratama Mohon Tunggu... Dokter - Dokter umum di RSUD Kabupaten Buleleng

You are what you believe

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hipertensi Si Pembunuh dalam Senyap

5 Juni 2021   10:28 Diperbarui: 5 Juni 2021   14:32 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : (istockphoto.com) hipertensi si pembunuh dalam senyap

Hipertensi atau lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan jumlah penderita hipertesi dari 27,8% tahun 2013 menjadi 34,1% tahun 2018. Sebagian besar hipertensi penyebabnya tidak diketahui tetapi ada beberapa faktor yang berhungan dengan hipertensi seperti genetik, ras, umur, konsumsi alhokol, kafein, obat-obat dan merokok. Hipertensi disebut “the silent killer” atau “pembunuh dalam senyap” karena penderita tidak memiliki gejala yang spesifik sehingga sering tidak menyadari apabila dirinya menderita hipertensi. Sebagian besar penderita hipertensi melakukan pengobatan ke fasilitas layanan kesehatan ketika sudah terjadi kerusakan organ target baik itu otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar dan pembuluh darah perifer. Pengobatan hipertensi memakan biaya lebih mahal dan lebih sulit ketika telah terjadi kerusakan organ seperti otak, jantung dan ginjal. Maka dari itu sebaiknya kita rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah baik dirumah maupun difasilitas kesehatan agar hipertensi dapat dideteksi secara dini.Secara definisi hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada pengukuran darah di klinik atau fasilitas layanan Kesehatan. Penegakan diagnosa hipertensi tidak dapat hanya mengandalkan satu kali pemerikasaan kecuali pada pada pasien dengan tekanan darah sangat tinggi dan terdapat bukti kerusakan organ seperti, otak jantung, ginjal, retina dan pembuluh darah.

Jika seseorang menderita hipertensi penatalakasaan awal dapat dilakukan dengan Intervensi pola hidup untuk memperlambat awitan hipertensi dan mengurangi resiko penyakit jatung dan pembuluh darah.

Pola hidup sehat yang telah terbukti adalah sebagai berikut:

Pembatasan konsumsi garam

Konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan dengan kandungan garam yang tinggi . Penggunaan garam dapur yang disarankan oleh beberapa literatur sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari atau setara 1 sendok teh garam dapur.

Perubahan pola makan

Pasien penderita hipertensi disarankan untuk menkonsumsi makanan yang seimbang yang mengandung sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh ( terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.

Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal.

Berat badan yang ideal memegang peranan sangat penting dalam pengelolaan hipertensi diamana berat badan yang tidak ideal akan memperberat hipertensi itu sendiri. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (Indeks Massa Tubuh > 25 kg/m2) dan menargetkan berat badan yang ideal (IMT 18,5-22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90 cm untuk pasien laki-laki dan <80 cm pada pasien perempuan.

Olahraga teratur

Olahraga teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi sekaligus menurunkan resiko dan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Olahraga yang disarankan pada penderita hipertesi adalah olahraga dengan intensitas sedang seperti berjalan, jogging, bersepeda ataupun berenang setidaknya 30 menit 5-7 kali dalam seminggu.

Berhenti merokok

Pasien dengan hipertensi sebaiknya berhenti merokok karena meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penggunaan obat -obatan dapat dilakukan bila intervensi pola hidup sehat tidak menurunkan tekanan darah secara maksimal. Pada individu dengan bukti kerusakan organ taget akibat hipertesi, penyakit ginjal, resiko penyakit jantung dan pembuluh darah terapi dengan obat-obatan sangat disarankan untuk mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan. 

Penggunaan obat-obatan dapat berupa 1 macam obat atau bisa dengan kombinasi 2-4 macam obat anti hipertensi tergantung pada derajat hipertensi dan respon terhadap pengobatan. Pada awal pengobatan tekanan darah seharusnya sudah turun dalam 1-2 minggu dan target tercapai dalam 3 bulan.  Jika tekanan darah sudah tercapai frekwensi kunjungan ke fasilitas kesehatan dapat dikurangi hingga 3-6 bulan sekali.

Penulis: dr. I Gede Mahatma Pratama, S.Ked

Dokter umum RSUD Kabupaten Buleleng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun