"Punten atuh, dek. Da saya mah perokok, tapi bukan perokok berat," kata pak tua dilanjutkan dengan cerita tentang bagaimana dia merokok. Dia menjelaskan bahwa bahaya rokok terdapat pada puntungnya sehingga ia hanya menghisap rokok kretek atau tembakau linting. Jika tidak ada, dia masih bisa menghisap rokok filter namun hanya tiga hisap. "Dokter-dokter kalau ngerokok yah kayak gitu. Karena mereka tahu bahayanya di mana."
"Ooh," jawab Mas Dal singkat sambil mempertahankan kontak mata. Walau dalam hati ingin sekali berargumen, namun Mas Dal hanya menahan diri.
"Kalau dipermisalkan, paru-paru itu kayak dapur," pak tua membuat permisalan. "Kalau dapurnya udah ngebul, ada asap masuk yang masak gak masalah. Kalau dapurnya gak ada asap, pas ada asap masuk yang masak bakal keganggu. Manusia juga gitu, kalau paru-paru udah penuh asap, bakalan biasa aja sama asap rokok. Tapi kalau kayak adek yang jarang ngisap asap rokok, ya bakalan keganggu."
Suara pengumuman kereta tiba memecah percakapan mereka berdua. Mas Dal pamit kepada pak tua dan segera bersiap menaiki kereta paling belakang. Si pak tua memilih naik kereta yang lebih depan.
Di dalam kereta yang tidak terlalu penuh, Mas Dal mengambil tempat duduk di samping seorang karyawan PT KAI yang sudah selesai bertugas. Tidak ada percakapan selama perjalanan setengah jam menuju stasiun tujuan. Mas Dal sibuk dengan pikirannya sendiri.
Seorang perokok menjadi terbiasa dengan asap rokok sehingga tidak membencinya dan orang yang tidak merokok membenci asap rokok karena tidak terbiasa. Bukankah manusia secara umum juga seperti itu? Seseorang yang terbiasa dengan perbedaan tidak akan membenci orang lain yang berbeda dengan dirinya. Sedangkan orang yang tidak terbiasa dengan perbedaan akan membenci orang lain yang berbeda. Di negara Bhinneka Tunggal Ika ini, setiap orang harusnya sudah terbiasa dengan perbedaan. Namun, kenapa masih banyak yang saling membenci karena berbeda?
Lamunan Mas Dal buyar saat kereta mendekat stasiun tujuan. Mas Dal berjalan kembali ke rumahnya kemudian menuliskan cerita ini.