Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Atletik Artikel Utama

Jalan Berliku Indonesia Menuju Asian Games 2018

1 Juni 2018   16:00 Diperbarui: 2 Juni 2018   01:36 6221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sumber: kompas.com

Dua tahun berselang, pemerintah Vietnam memberikan perhatian pada anggaran sebesar US$ 150 juta yang diajukan panitia pelaksana. Menurut mereka, anggaran tersebut tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Asian Games. Pemerintah memperkirakan anggaran akan meroket dua kali lipat karena fasilitas olahraga di Hanoi terakhir digunakan untuk event olahraga internasional yaitu SEA Games 2003.

Perhatian pemerintah pada anggaran yang diperkirakan akan membengkak, didukung opiniyang mengatakan Asian Games tidak akan memberi dampak besar pada sektor pariwisata dan Bank Dunia yang enggan menggelontorkan pinjaman, Vietnam akhirnya mengundurkan diridari tuan rumah Asian Games XVIII.

Penawaran Kedua dan Semangat 1962

Menyusul pengundurdirian Hanoi dari amanat tuan rumah Asian Games, OCA menyatakan Indonesia, Cina dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai kandidat kuat pengganti Hanoi. Pertimbangan tersebut datang dari fakta bahwa ketiga negara tersebut sudah memiliki infrastruktur olahraga yang mumpuni.

Selain tiga negara di atas, beberapa negara menyampaikan ketertarikannya untuk menggantikan Hanoi. Filipina bahkan sempat mengajukan penawaran kepada OCA untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2019 jika Indonesia tidak siap. Di lain pihak, Taiwan sempat mempertimbangkan untuk mengajukan penawaran namun lebih memilih fokus untuk penawaran Asian Games 2023.

Malaysia sempat berpikir untuk melakukan penawaran bersama Singapura namun mundur karena memprioritaskan persiapan SEA Games 2015 di Singapura dan 2017 di Kuala Lumpur. 

Pemikiran serupa dilontarkan oleh Jepang yang ingin lebih fokus mempersiapkan Olimpiade 2020. Adapun Cina, walau dianggap memiliki fasilitas yang memadai, tidak ada satu kota pun yang mengajukan diri ke komite olahraga nasional mereka sehingga Cinta tidak mengajukan penawaran.

OCA menetapkan deadline penawaran bagi negara-negara yang tertarik pada 1 Juli 2014. Surabaya, sebagai runner-up penawaran pertama, tidak mengajukan penawaran kembali karena ingin mempersiapkan Asian Youth Games 2021. Di tengah keraguan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk mengadakan Asian Games, utusan OCA datang mengunjungi Jakarta, Bandung dan Palembang untuk melihat fasilitas olahraga di sana.

Wei Jizhong, utusan OCA yang mengunjungi Indonesia menyatakan bahwa Jakarta sudah memenuhi persyaratan sebagai tuan rumah. Adapun Palembang, menurut Wei, masih belum. 

Di lain pihak, Bandung menyatakan tertarik untuk menjadi tuan rumah atau setidaknya mendukung Jakarta sebagai tuan rumah karena fasilitas olahraga yang memadai setelah PON Jabar 2016.

Akhirnya, OCA menetapkan Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games XVIII di Kuwait tanggal 25 Juli 2014. Jakarta akan didukung oleh Palembang seperti saat SEA Games 2011 dan ditambah beberapa arena di Jawa Barat. Pelaksanaan Asian Games pun dipercepat kembali ke tahun 2018 karena Indonesia akan mengadakan pemilihan presiden di tahun 2019.

Penunjukan tersebut membangkitkan memori bangsa ketika akan menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Sejak saat itulah Indonesia segera berlari mengejar target penyelenggaraan Asian Games XVIII di Jakarta dan Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun