Mohon tunggu...
Iffah Nadiya
Iffah Nadiya Mohon Tunggu... Editor - k e n k o

semua karya itu bagus, yang tidak bagus itu yang tidak mau berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Interaksi Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi

23 Juni 2021   13:00 Diperbarui: 30 Juni 2021   16:36 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tunagrahita merupakan kelainan dalam permasalahan seputar intelegensi. DiIndonesia istilah tunagrahita merupakan pengelompokan dari beberapa anak berkebutuhan khusus, namun dalam bidang pendidikan mereka memiliki hambatan yang sama dikarenakan permasalahan intelegensi. Dalam bahasa asing, anak yang mengalami permasalahan intelegensi memiliki beberapa istilah penyebutan antara (IQ dibawah 35).

11. Anak Tunalaras

Anak tunalaras merupakan kelainan yang dimiliki anak dengan batasan-batasan yang sangat rumit tentang anak-anak yang mengalami masalah tignkah laku. Pada intinya sebutan anak tunalaras merupakan gangguan perilaku yang menunjukan suatu penentangan yang terus menerus pada masyarakat, merusak diri sendiri, serta gagal dalam proses belajar di sekolah. Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia menyebut anak tunalaras mengalami permasalahan pada perilaku, sosial, dan emosional.

12. Anak cerdas dan bakat istimewa

Anak berbakat dan kecerdasan istimewa memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. istilah anak berbakat memiliki kesamaan dengan istilah-istilah asing, yang mana dapat diartikan bahwa anak berbakat merupakan anak yang memiliki kemampuan atau talenta di atas rata-rata anak pada umumnya. (Wirawan Sarwono Sarlito, 2010)


Banyak jenis-jenis kelainan dalam dunia pendidikan di atas yang kurang mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, khususnya di lingkungan sekolah. Bahkan banyak orang tua yang merasa malu apabila anak mereka memiliki keterbatasan-keterbatsan baik fisik, psikis maupun akademik, sehingga orang tua berusaha dan menjaga agar anaknya tidak berinteraksi dengan anak lain ataupun masyarakat. Selain itu, banyak juga masyarakat yang anaknya normal akan tetapi melarang anak mereka untuk bergaul dan berinteraksi dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik. Hal ini membuat ruang lingkup pergaulan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis maupun akademik semakin sempit dan terbatas, anak yang memiliki keterbatasan akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan akan dianggap tidak mempunyai kemampuan, kecerdasan dan potensi lemah atau pendapat lainnya. Dengan begitu, dalam pembelajaran anak kebutuhan khusus diperlukan pola interaksi yang tepat untuk menyesuaikan proses pembelajaran dengan anak normal.
Kata pola secara bahasa mempunyai arti desain, model, sistem, cara kerja, atau kerangka. Sedangkan interaksi merupakan bentuk umum proses sosial yang merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Blumer mengemukakan bahwa  Interaksi Sosial adalah hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu yang berkembang melalui gerak tubuh (suara, gerakan fisik, ekspresi tubuh) yang mereka ciptakan dan berlangsung secara sadar. Dari paparan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola interaksi sosial adalah desain dan cara kerja teratur yang memodifikasi kondisi hubungan sosial dinamis, yang terjadi baik antar individu maupun individu dengan kelompokdan dapat diterima dalam waktu yang sama. Bentuk pola interaksi sosial dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Pola Interaksi Individu dengan Individu. Dipengaruhi oleh pikiran dan perasaanyang menyebabkan munculnya beberapa fenomena, seperti jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi.
Pola interaksi individu dengan kelompok memiliki beberapa gambaran dari pola interaksi yang ada di masyarakat.
Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok Hubungan ini mempunyai ciri-cirikhusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antarkelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya p erbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis atau ras.

Daftar pustaka:

● Ekawati, Y., Wandasari, Y.Y. 2012. Perkembangan Interaksi Sosial Anak Autis di Sekolah Inklusi: Ditinjau dari Perspektif Ibu. Jurnal Psikologi Indonesia.
● Nisa, Khairun & Sambira dkk. 2018. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus. Abadimas Adi Buana. Vol. 02. No. 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun