Mohon tunggu...
I. F. Donne
I. F. Donne Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis adalah seorang Magister Pendidikan lulusan Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis pernah aktif di berbagai komunitas sastra di Jakarta. Beberapa diantaranya; Sastra Reboan, Kedailalang, dan KPSI (Komunitas Pecinta Seni dan Sastra Indonesia). Karya-karyanya diantaranya; Novel ‘Danau Bulan’, Serampai Cerpen Vol. I ‘Soejinah’ dan ‘Dunia Luka’ Vol. II. Antologi puisi bersama sastrawan-sastrawati. Diantaranya; antologi puisi Empat Amanat Hujan (Bunga Rampai Puisi Komunitas Sastra DKJ), Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan, Kitab Radja dan Ratoe Alit, Antologi Fiksi Mini, dan beberapa puisinya juga dimuat di majalah Story. Penulis juga sudah memiliki dua buku antologi cerpen bersama beberapa penulis, yaitu Si Murai dan Orang Gila (Bunga Rampai Cerpen Komunitas Sastra DKJ) dan Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan. Beberapa cerpennya pernah memenangkan lomba tingkat nasional, diantaranya berjudul, Sepuluh Jam mendapatkan juara 2 di LMCPN (Lomba Menulis Cerpen Pencinta Novel), Randu & Kematian pada tahun 2011 dan Selongsong Waktu pada tahun 2013 mendapatkan juara harapan kategori C di Lomba Menulis Cerpen Rotho - Mentholatum Golden Award. Penulis juga aktif di berberapa organisasi kemasyarakatan, seni dan budaya. Aktifitas yang dijalani penulis saat ini adalah seorang jurnalis di salah satu surat kabar online nasional di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penyiram Bunga

19 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 19 Maret 2020   01:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Betapa tatapan embunnya kini mengering, sangat membuatku terusik. Kelebat bayangannya seakan memantul - mantul di malam sepiku. Aku tak tahan untuk segara menemuinya lagi.

                        Kutatap weker di atas meja, jam dua belas lebih seperempat. Waktunya aku harus segera terlelap, sebab esok aku harus memberikan presentasi pada klien perusahaan dari Korea.  

                       Abimanyu akan menemaniku dalam perjalanan ke ujung Utara Jakarta. Mungkin bisa kusempatkan waktu untuk mampir ke rumah Ari, sekedar melihat perempuan penyiram bunga, sepulang dari sana. Ah! Tak sadar kantuk pun menyergap.

 

***

Selama presentasi berjalan, mataku terus menatap arloji di tangan. Seakan tak sabar menunggu sore. Jarum jam berjalan begitu lambat. Untunglah Abimanyu cepat tanggap menghadapi situasi. Nampaknya ia bisa membaca pikiranku. Ia segera mengambil alih setengah dari presentasi. 

                       Namun pertanyaan demi pertanyaan dari Mr. Chun tak segera mampu kujawab. Keringat dingin mengalir, terlihat sekali bahwa seakan aku tak siap pada presentasi itu. Konsentrasiku membubul tinggi, tak berada di ruangan.

“Bim, sudah?” Aku berbisik ketika Mr Chun dan beberapa stafnya sedang rehat menyeruput kopi yang mulai hangat.

                      Abimanyu menengok padaku sekilas, alisnya terangkat sebelah, seakan memintaku untuk bersabar menunggu akhir dari presentasi itu. Setidaknya jawaban Mr. Chun akan melegakan. Ia setuju untuk memasok alat kesehatan untuk rumah sakit di perusahaannya.

“Mr. Chun, so what’s your decision? Low cost high benefit, huh?” ucap Abimanyu.

“Well, I agree with your offer. We will sign the contract, includes the insurance for the shipping.” jawaban Mr. Chun melegakan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun