Bunga
merekahlah dengan indah walau kini sedang kemarau
mewangilah meski kini angin sedang mengugurkan kelopakmu
di sini aku diam bermandikan guguranmu
merenung dengan segala kegalauan pemikiran yang merajam jiwa dan hati
BungaÂ
Begitu indah dirimu
Hingga iri selalu menemaniku
hingga duka menjadikan senyum bagai luka
Diri hanya diam mengisyaratkan perih melanda hati
Aku lupa kapan terakhir senyum ini menghiasi wajah yang bagai mayat hidupÂ
Aku sudah lupa kapan bisa menatap dia sumber senyuman ku
dia yang pernah memangku kepalaku
dia yang pernah berucap manis dengan tangan yang selalu membelai kepalaku
bungaÂ
bolehkah aku membawa kelopak mu yang berguguran
untuk aku persembahkan pada dia yang tersayang
Aku yakin dia akan suka denga warnamu dan wangimu
aku yakin dia akan suka
Karena tangan yang membawanya adalah tangan yang sering ia genggam
bunga
jalan ku dan jalan mu
indah ku dan indah mu
bersatu dalam rasa yang nyata dan murni
aku akan berjalan pergi ke tempatnyaÂ
Yang jauh namun sebenarnya dekat
yang nyata meski tak terlihat
samapai jumpa lagiÂ
aku akan kembali denga diri yang bukan mayat hidup lagiÂ