Mohon tunggu...
Ifa Ifa
Ifa Ifa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mungkin Pancasila Sudah Mulai Tak Bernilai

24 September 2018   00:28 Diperbarui: 24 September 2018   01:24 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tak di ragukan lagi ketika membicarakan negara Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan Benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Hindia. Indonesia juga memiliki semboyan "bhineka tunggal ika" (berbeda -- beda tetapi tetap satu) dan memiliki dasar negara yaitu pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan dasar dari segala sumber hukum. Adapun sila-sila yang terdapat didalamnya adalah. Sila pertama ketuhanan yang maha Esa, kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga persatuan indonesia, empat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakialan, lima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Namun, hukum yang  ditetapkan tak dijalankan sebagaimana mestinya. Tak heran jika banyak orang indonesia yang menjadi seorang narapidana. Karena sikap warganya tak seindah dengan keindahan yang dimiliki oleh negara.  Janganlah berbangga dahulu atas pesona yang dimiliki Indonesia,karena  disetiap kesempurnaan pasti ada kekurangan yang terselubung.

Contohnya pada zaman yang modern ini,  kebanyakan orang Indonesia sendiri yang mempersulit  keadaan. Kadang kala, sikap mereka tak seindah pesona yang dimilikinya. Misal,  sikap para  politikus yang tidak bertanggung jawab atas kewajibann yang telah ditetapkan. Sedangkan kewajiban negara harus ditaati oleh semua penduduk Indonesia. Dari contoh diatas, runtuhlah nilai kebijaksanaan dalam sila ke empat.  Oleh karena itu, banyak warga negara kita kecewa terhadap sikap dan tindakan yang dilakukan oleh para politikus, yang mana telah dipercaya oleh masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan rasa tanggung jawab itu terlena. Bisa karena persaingan dalam dunia politik, ketidak tahuan dan ada pula yang sengaja untuk tidak bertanggung jawab di meja politik. Sikap seperti itu cukup bahaya bagi masyarakat karena tidak adanya rasa kenyamanan yang dirasakan. Hilangnya kesejahteraan rakyat. Begitu pekanya para aparat polisi untuk menjerat masyarakat biasa  yang melanggar aturan ataupun yang mengecam pemerintah. sedangkan para politik yang menikmati kenikmatan yang seharusnya di nikmati oleh masyarakat, dengan bebasnya mereka berkeliaran di kesenangan dunianya sendiri . Bagi banyak orang indonesia, sikap yang tak bertanggung jawab tersebut menyebabkan kekecewaan yang mendalam. Tak ada lagi perwakilan rakyat yang dapat dipercaya jikalau kenyataan tak sesuai  dengan ekspetasi yang telah di harapkan oleh masyarakat.

Tak hanya di dunia politik , masyarakat pada umumnya juga telah mengabaikan nilai-nilai yang terdapat pada dalam pancasila. Contohnya dalam sila ke tiga yaitu persatuan indonesia. Masyakat indonesia lebih mementingkan ketenaran daripada persatuan yang harus dijaga. Memilih mencari perbedaan dari pada persamaan sehingga menimbulkan perpecahan  diantara mereka. Dimulai dari sebuah keyakinan. Memang banyak warga indonesia yang berkeyakinan agama  islam. Akan tetapi di negara Indonesia tak hanya agama islam,  terdapat pula  agama hindu, budha, katolik, dan agama lainnya. Dari keberagaman tersebut hargailah perbedaan yang ada agar semboyan "bhineka tunggal ika" tetap terjaga dan tidak menimbulkan sebuah perpecahan.  Meskipun banyak orang Indonesia yang beragama Islam. Namun dalam islam, urusan akidah dan ritual memang bersifat hitam-putih, tapi untuk masalah sosial, ajaran islam berdialog dengan perkembanagn ruang dan waktu yang terjadi. Maka sebagai generasi harapan bangsa cegahlah perpecahan tersebut agar tidak tumbuh subur dikalangan masyarakat nantinya. Berdialoglah untuk mencari titik terang yang sebenarnya untuk indonesia menuju yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun