Mohon tunggu...
Ifa Holifah
Ifa Holifah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Cendekiawan "Iqtishaduna"

20 November 2017   06:55 Diperbarui: 20 November 2017   07:54 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Islam adalah agama yang sempurna, didalam islam untuk mengambil suatu keputusan baik itu keputusan yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat maka pedoman atau pegangan teguhan yang diambil adalah bersumber dari Al-qur'an dan As-sunah. Di dalam islam tidak melarang adanya perbedaan pendapat atau pandangan mengenai suatu masalah selain masalah akidah. Sebab didalam perbedaan atau pandangan dalam islam merupakan suatu rahmat dari allah untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. 

Demikian pula, mengenai perbedaan pendapat tentang ekonomi islam. Karena masing-masing memiliki pandangan dan dasar hukum dalam memandang ekonomi islam. Perkembangan ekonomi islam saat ini, tidak bisa dilepaskan dari sejarah pemikiran ekonom-ekonom muslim tentang ekonomi dimasa lalu. Keterlibatan para pemikir muslim dalam kehidupan masyarakat yang komplek dan belum adanya pemisahan disiplin keilmuwan menjadikan pemikir muslim melihat masalah masyarakat dalam konteks yang lebih integratif. 

Hal ini semua disebabkan karena keilmuwan yang dimiliki membentuk cara berpikir mereka untuk menyelesaikan masalah, namun lebih penting dari itu masalah masyarakat yang menjadi dasar awal bagi mereka yang membangun cara berpikir dalam membentuk model penyesuaian terutama dibidang ekonomi. Salah satu dari pemikir ekonomi islam adalah Madzhab Iqtishaduna.

Madzhab Iqtishaduna

Iqtishad berasal dari kata bahasa arab qashad,yang secara harfiah berarti "equilibrium" atau keadaan sama, seimbang, atau pertengahan. Madzhab ini dipelopori oleh Baqir as-Shadr. Madzhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak akan pernah bisa sejalan dengan islam. Artinya ekonomi tetap ekonomi, dan islam tetap islam. Keduanya tidak akan pernah bisa disatukan, karena keduanya berasal dari filosofi yang kontradiktif. Yakni satu anti-islam, dan yang lainnya islam.

Pendapat mereka, mengenai perbedaan filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang dari keduanya dalam melihat ekonomi. Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas, sementara itu sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan manusia jumlahnya sangat terbatas. 

Pemikiran Madzhab Baqir menolak adanya pernyataan ini, karena menurutnya masalah ekonomi bukanlah bermula dari keterbatasan sumber daya yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tak terbatas. Namun, masalah ekonomi muncul karena ketidak merataan distribusi dan ketimpangan sumber daya yang tidak merata di antara sesama manusia. Tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas. Didalam islam tidak mengenal adanya sumber daya yang terbatas. Dalil yang dipakai adalah Surah al-Qamar Ayat 49 " Sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya".

Dengan demikian, karena segala sesuatu telah terukur dengan sempurna, sebenarnya allah telah memberikan sumber daya yang cukup kepada manusia, maka tergantung manusia itu sendiri bagaimana manusia yang akan mengolahnya, memanfaatkan, dan mengoptimalkan sebaik mungkin sumber daya yang ada. Pendapat bahwa keinginan manusia itu tidak terbatas juga ditolak olehnya. Suatu contoh adalah manusia akan berhenti makan jika dirinya sudah merasa kenyang. Oleh karena itu, madzhab ini berkesimpulan bahwa keinginan yang tidak terbatas itu tidak dapat dibenarkan karena dalam kenyataannya keinginan manusia itu terbatas.

Islam meletakkan ekonomi pada posisi tengah dan keseimbangan yang adil dalam bidang ekonomi. Keseimbangan diterapkan dalam segala hal atau segi, imbang anatara produksi dan konsumsi, antara produsen dan konsumen, dan antara golongan-golongan dalam masyarakat.

Biografi Baqir as-Shadr.

Nama lengkap Muhammmad Baqir As-Shadr di lahirkan pada 1350 H / 1931 M di kota Kadzimiah, Baghdad, Irak. Beliau berasal dari keluarga yang termasyur yang telah melahirkan para tokoh-tokoh kenamaan di Irak,Iran, Libanon. Beliau adalah seorang guru, ulama', sarjana, dan tokoh politik. Kadzimiah sendiri menjadi kota suci bagi kaum syi'ah irak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun