Mohon tunggu...
Afifah Khoirun Nisa
Afifah Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Aktif yang Punya Banyak Mimpi

Menetapkan untuk menulis sejak SMP dan mulai serius sejak SMA dengan mengikuti berbagai macam lomba kepenulisan. Hingga saat ini akan terus mencurahkan energi dan jiwa dalam kepenulisan. Masih dan akan terus belajar untuk membuat tulisan yang lebih baik. Blog ini akan berisi jurnal diri, dan beberapa keresahan yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Babak Dua Puluhan

7 Februari 2022   20:35 Diperbarui: 7 Februari 2022   20:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki usia dua puluhan rasanya menempuh hari-hari yang akan tidak terbayangkan. Bagaimana masa depan menunggu kita rasanya akan sangat bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Padahal, rasanya kita belum memulai melakukan apapun.

 Pada dasarnya kita bingung mau memulai apa dan darimana. Beberapa orang memiliki cita-cita terlalu banyak, beberapa yang lainnya belum terpikirkan apapun. Hanya sedikit saja yang memiliki cita-cita yang jelas. Kebanyakan dari kita terperangkap dalam quarter life crisis.

Quarter life crisis selalu menjadi pembahasan yang menarik, dan kalimat itu memang sudah tidak asing lagi bagi generasi Z. Memulai umur 20 tahunan berarti mau tidak mau harus membuka lembar kenyataan hidup yang mengharuskan kita mandiri. 

Sudah muncul rasa tidak enak jika meminta ke orang tua terus menerus, tapi di sisi lain kita tidak dapat bertahan kalau tidak minta ke orang tua. 

Selain itu, di umur 20 tahun ini, makin berat rasanya beban kepercayaan dan amanah dari orang tua. Contoh klise seperti menjadi mahasiswa yang ‘pintar’ atau menjadi pekerja yang ‘rajin’.

Menjadi pintar dan rajin rasanya sesuatu yang berbeda di umur dua puluh tahunan ini. Kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita melihat orang lain memiliki skill dan kemampuan yang rasanya tidak mungkin kita miliki. Beberapa orang mengatakan kita harus mencoba dulu baru bisa menentukan kalau kita bisa atau tidak. 

Namun, rasanya mencoba pun sangat berat sekali. Selain kemampuan, kita sering melihat orang lain dapat merawat dirinya dengan baik, sementara kita sudah memakai seabrek skincare masih tetap sama, sudah membeli berbagai macam outfit, namun tidak ada yang berubah. Pada akhirnya kita terus merasa tidak bisa melakukan apapun.

Jika dipikir dengan baik, bukannya kita tidak bisa melakukan apapun. Hanya saja rasanya kita belum cukup bekerja keras meskipun pada kenyataannya banyak dari kita yang sudah benar-benar bekerja dengan sangat keras dan kembali berakhir menyalahkan diri sendiri. 

Kita terus meragukan keputusan dari diri kita sendiri. Tidak melakukan apapun, bahkan merasa tidak dapat melakukan apapun. Aku akan terus berpikir ‘ya, aku cukup hebat untuk bisa bertahan sejauh ini’.

Menghibur diri dengan menyatakan bahwa kita mampu bertahan sejauh ini dapat membentuk selflove. Tapi untuk beberapa orang, menyikapi selflove yang dibarengi dengan quarter life crisis terkadang membentuk sikap yang keliru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun