Mohon tunggu...
Ifadatul Laili
Ifadatul Laili Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri Gen Z

18 Oktober 2021   20:37 Diperbarui: 18 Oktober 2021   20:50 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Hari santri nasional yang jatuh pada tanggal 22 oktober  itu memiliki sebuah sejarah. Sejarah ditetapkannya hari santri nasional jatuh pada tanggal tersebut adalah ketika itu pada tahun 1945 ada sebuah peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH.

Hasjim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Sekutu ini maksudnya adalah Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang. Di belakang tentara Inggris, rupanya ada pasukan Belanda yang ikut membonceng.

Aspek lain yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI. Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama dan kaum santri.

Hari santri resmi ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta. Sejarah ini awal mulanya adalah ketika Bpk Joko Widodo kampanye ke Malang tepatnya di Pondok Pesantren Babussalam Banjarejo Pagelaran Malang, beliau menandatangani Kontrak Politik dengan Pengasuh PP. Babussalam yakni KH. THORIQ BIN ZIYAD sapaan AkrabnyaGus Thoriq. 

Pada penandatanganan kontrak politik sumpah tersebut awal mulanya yakni akan ditetapkan 1 Muharram. Penetapan Hari Santri Nasional dimaksudkan untuk mengingat dan meneladani  semangat jihad para santri merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang digelorakan para ulama.

Dizaman seperti ini banyak sekali pesantren -- pesantren yang mulai berevolusi  tetap tidak meninggalkan budaya -- budaya yang menjadi ciri khas sebuah pesantren. Contoh perubahan itu adalah gaya berpakaian seorang santri. Gaya berpakaian yang paling mencolok berubah adalah khusus nya untuk santri putri. 

Pada zaman dahulu tidak ada yang namanya santri berpakaian gamis dengan motif yang beragam, santri zaman dahulu kebanyak memakai kain batik yang bisa disebut "pasatan" atau "sewek"  dengan sebuah kaos berlengan panjang atau kemeja bermotif bunga. Tetapi masih ada beberapa santri yang tetap menggunakan "pasatan" tersebut, terlebih ketika ingin sholat, demi menjaga kesuciannya biasanya pasa santri putri akan mengganti bawahan tersebut dengan pasatan yang dikhusus kan untuk sholat saja.

Budaya yang masih kental di pesantren pada zaman sekarang adalah budaya mengantrinya, sering kali santri disingkat menjadi SAbar ANTRI. Memang tidak ada yang menamai khusus santri menjadi SAbar ANTRI, tetapi karena kerap kali santri jika ingin melakukan kegiatan apapun haruslah antri. 

Entah itu ingin mengambil makan, mandi, hingga berjalan meninggalkan kelas pun di haruskan antri. Dalam hal pembelajaran tidak ada yang berbeda, hanya saja mungkin ada beberapa pesantren yang menyediakan lab. Computer untuk melatih soft skill santri agar mampu bersaing dizaman seperti ini, karena akan menjadi nilai plus jika memiliki soft skill.

Banyak pesantren -- pesantren zaman sekarang yang memafaatkan media sosial untuk tidak hanya sekedar mempromosikan pondok pesantren saja, tetapi juga akan menjadi gambaran awal bagaimana sih situasi atau kondisi santri jika di pesantren bagi masyarakat luas yang belum pernah mencicipi ubin pesantren. Banyak sekali film-film apik yang tercipta dari tangan -- tangan berbakat santri, itu akan menjadi sebuah bukti bahwa santri tidak hanya pandai mengaji, hafalan dan lalaran saja tetapi suka berkemampuan untuk memproduksi film sendiri.

Santri pada generasi  Z mampu mematahkan pandangan masyarakat bahwa orang yang hidup di pesantren tidak melulu mempelajarai kitab- kitab , mempreteli hukum- hukum dalam islam, dan tidak dipandang orang yang kolot tidak tahu kehidupan luar. Contohnya saja makin beragam lomba- lomba memperingati hari besar islam (maulid nabi, tahun baru islam, idul adha) yang di selenggarakan di dalam pesantren. Dengan berbagai macam lomba tersebut dapat menciptakan kreatifitas para santri. Dengan minimnya akses tidak mudah mematahkan kretifitas para santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun