Mohon tunggu...
Senja Guzel
Senja Guzel Mohon Tunggu... Lainnya - 28/f/Bekasi

Memperhatikan dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Membiarkan Anak Memelihara Binatang, Benar atau Salah?

13 November 2018   00:57 Diperbarui: 14 November 2018   04:52 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuuma, kucing yang adik saya selamatkan dari saat dia masih sekolah dasar. (Dokpri)

Suatu malam di sebuah klinik hewan di Bekasi, saya pernah dihadapkan oleh kasus dimana ada seorang ibu yang membawa kucingnya untuk berobat. Tetapi pada saat itu dokter sedang ada "house-call", atau panggilan berobat ke rumah pasien.

Ibu itu tampak panik saat saya bilang dokter tidak ada di tempat. Sesuai prosedur klinik, saya lakukan pengecekan standar untuk kucing yang mau diperiksa. Pengukuran suhu dan berat badan, lalu pengecekan gejala yang terlihat.

Kemudian ketika saya membuka tutup pet-carrier nya, si kucing malang sudah tidak bernyawa. Saya coba mencari denyut jantung atau nadinya berulang kali, namun memang sudah tidak ada. Saya perkirakan sudah lewat satu jam kucing ini meninggal.

Betapa terkejutnya ibu, terkulai lemas di tempat duduk ruang tunggu.

"Haaah kok bisaa? Tadi masih ada kok! Haduh anak saya bisa nangis nanti", katanya. 

Menurut ceritanya, kucing ini sudah lebih dari seminggu terlihat lemas, tidak mau makan dan bersin - bersin. Pup atau pipisnya tidak pernah ia perhatikan karena ada 'mbok' yang membersihkan setiap harinya. 

Saya beri penjelasan dengan sabar, mengingat ibu ini baru saja kehilangan nyawa hewan kesayangannya. Kalau sudah 3 hari setelah tanda - tanda sakit, kucing harus segera diberi pertolongan. Apalagi kucingnya masih berumur 2-3 bulan. 

"Ya, saya kan kerja mbak! Baru sempet bawa sekarang..," katanya, agak ketus. Saya maklum toh namanya juga baru kehilangan, emosi pasti ga stabil ya. 

Belum beranjak dari kursinya, ibu itu menambahkan, "Gimana nih... bilang apa sama anak saya... Duh, mana harganya mahal... Baru beli pula... "

Lalu saya agak heran. Membahas - bahas soal 'harga' seakan makhluk bernyawa sama dengan barang. Kok rasanya agak gimana gitu ya...

Lewatlah kucing penunggu klinik, persia cantik yang baru saja melahirkan, berlenggok di depan ibu itu... Kemudian ia menghampiri kandang si persia yang penuh dengan bayi kucing, "Eh mbak, ini dijual berapa harganya? Buat anak saya gantiin kucing yang udah mati. Jangan kemahalan dong..."

Nah, kalau sudah begini... kira - kira apa penilaian anda?

Sebagian orang mungkin tidak ada masalah jika anak - anak mereka tertarik untuk memelihara kucing, anjing, hamster, atau binatang lainnya. Memelihara binatang dapat mengajarkan anak bagaimana menyayangi makhluk hidup lain, bagaimana bertanggung jawab dalam merawat sebuah nyawa yang berharga.

Namun anak mempunyai ketertarikan yang naik-turun dan itu wajar. Awalnya mereka bersemangat karena si kucing lucu atau si anjing lincah, kemudian lama - lama mereka bosan harus meladeni binatangnya main. Capek harus membersihkan kandang dan menyisiri bulunya.

Lebih baik bermain PS, atau mobile game, atau bermain diluar dengan teman. Pada akhirnya si meong diurus oleh ibunya, atau oleh asistem rumah tangganya.

Kemana perginya tujuan murni memelihara binatang?

Anak - anak tidak paham untuk merawat suatu nyawa diperlukan adanya komitmen. Komitmen dalam merawatnya dalam keadaan sehat walafiat maupun keadaan seburuk apapun. Kalau perlu, berikan contoh kondisi paling buruk yang nanti akan terjadi saat hewan menua, dan lihat apakah si anak tetap ingin memeliharanya atu tidak.

Tapi sebelum itu, ingatlah bahwa orang tua yang harus berkomitmen terlebih dahulu untuk berjanji akan terus membimbing si anak untuk menepati komitmennya. Jangan biarkan anak lalai dari tugasnya untuk memandikan si hewan atau membersihkan kotak pasirnya, kecuali apabila ia sakit atau ada tugas sekolah yang mendesak.

Disaat orang tua lalai akan komitmennya, anak akan terpengaruh, dan yang paling menderita nantinya tentu saja si meong atau si gukguk yang imut - imut itu!

Ingatkan bahwa saat anak memutuskan untuk mengambil hewan, berarti anak harus berperan sebagai 'orang tua' yang merawat, melindungi sepenuh hati, dan bertanggung jawab atas perbuatan apapun yang dilakukan si hewan.

Ingatkan bahwa setiap hari harus memastikan si hewan telah makan, minum, buang air, dan bermain dengan baik. Kita bantu dengan membantunya mencatat tanggal kunjungan rutin ke dokter hewan, misalnya.

Jika suatu saat kejadian tidak diinginkan terjadi seperti misalnya hewan hilang atau (amit amit) sakit dan meninggal, ajak anak untuk merenung dan belajar dari kesalahan yang mungkin telah diperbuat. Bimbinglah agar ia tidak kehilangan percaya diri untuk merawat makhluk hidup lain.

Sangat banyak saya melihat contoh orang tua yang tanpa sadar membuat anak menjadi kurang menghargai nyawa hewan dalam kehidupan sehari -hari. Misalnya saat melihat burung atau anak ayam warna - warni, ikan hias, atau keong yang dijual abang - abang depan sekolah. Ketika anak minta dibelikan, orang tuanya langsung belikan. 

Seakan lupa kalau hewan - hewan tersebut juga bernyawa dan butuh komitmen untuk merawatnya. "Buat mainan aja mbak, nanti sehari juga mati ini. Paling dia beli lagi", jawab seorang ibu yang waktu itu saya tanya mengapa ibu itu gampang banget beliin burung warna warni buat anaknya.

Perilaku anak adalah cerminan bagaimana proses belajar di rumahnya berjalan. Apapun yang dilakukan anak adalah cerminan dari perilaku orang tua.  Kita tidak ingin anak kita tumbuh menjadi anak yang kurang peduli terhadap sekitarnya. Kita ingin anak kita menjadi manusia yang mempunyai belas kasih kepada semua makhluk. Paling baik jika kita bisa menjadi contoh ideal bagi mereka, kan? 

Kesimpulannya, benar atau tidaknya keputusan kita dalam membiarkan anak memelihara binatang, ditentukan oleh kita sendiri sebagai orang yang melihat cara mereka merawat kesayangannya.

Karena salah satu indikator majunya sebuah bangsa adalah bagaimana generasi muda yang menghargai sesama makhluk hidup... :)

-  dari Senja Guzel, Mantan Paramedis Hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun