Mohon tunggu...
Idrus Ali
Idrus Ali Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Lahir di desa terpencil, Nagasari, kec. Palengaan, kab. Pamekasan, Madura.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

PMII dan Radikalisme Berkedok Agama

15 Februari 2020   12:30 Diperbarui: 14 Maret 2023   01:04 6415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Dok.foto ; PC NU Pamekasan (Idrus/KH.anis)

Akhir-akhir ini banyak orang yang berupaya menghalakan segala cara demi mencari kepuasan diri, meski agama harus menjadi barang komersial.

Agama yang semestinya menjadi pedoman hidup  menuju surga, justru malah dijadikan alat untuk menipu sesama. Agama yang semestinya digunakan untuk mengurangi beban masalah, tapi malah digunakan untuk menambah beban masalah.

Seyogianya, agama datang untuk menjawab berbagai macam kegelisahan, bukan membuat kegelisahan dengan mengatas namakan agama. Tentu, ini adalah kegelisahan yang nyata!

Bukan tidak mungkin sakralitas agama (the sacredness of religion) di manfaatkan menjadi alat pemuas nafsu belaka oleh orang yang seringkali mencari kepuasan diri atau kelompok dengan berkedok agama.

Di era yang serba praksis seperti saat ini, tidak sedikit orang mencari kepuasan diri dengan berkedok agama. Mulai dari cara-cara politik, binis, teroris, aliran sesat, hingga pada persoalan cinta pun masih menggunakan kedok agama. Agama seperti boneka saja!.

Saat ini yang paling parah adalah radikalisme yang berkedok agama. Radikalisme ini perlahan mulai menggerogoti nilai-nilai religius dan Nasionalis.

Diakui atau tidak, sesuatu ajaran yang paling dekat dengan masyarakat ialah ajaran agama, sehingga tidak heran ketika agama dijadikan kantong ideologis guna mewujudkan misinya.

Tentu, lemahnya pengetahuan di bidang ke-Islaman dan ke-Indonesiaan menjadi salah satu faktor mengendapnya terdoktrinasi paham radikalisme. Dan yang menjadi target kaum eksrimis ini ialah orang yang lemah dan orang yang fanatis.

Namun seperti apapun bentuknya, radikalisme tetap menjadi musuh bersama, baik bagi Negara maupun masyarakat, begitu juga musuh bagi Ormas Islam (Organisasi Masyarakat) seperti, NU (Nahdlatul Ulama'), Muhammadiyah dan sebagainya.

Tidak hanya itu, radikalisme juga menjadi musuh Ormek (Organisasi mahasiswa ekstra kampus) seperti, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), wabil khusus musuh bagi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun