Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Edukasi Kecil tentang Hidup "Berterus Terang"

7 Desember 2021   23:12 Diperbarui: 8 Desember 2021   01:43 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edukasi kecil tentang hidup "beterus terang" 
_____________________
_____

Suatu sore di persimpangan jalan, para ibu - ibu sedang mengobrol asik membahas prihal kenaikan harga bahan - bahan pokok yang mulai melambung dan meroket, seperti impian dari pemerintah yang selalu berharap agar pendapatan Negara terus meroket.

Di tengah keseruan ibu - ibu yang sedang membahas harga minyak goreng, datanglah ibu Wati. Seorang ibu rumah tangga yang merupakan istri dari salah seorang petugas security perumahan.

Bu Wati membuka suara, "hey mbak, tau gak. Kabarnya pak Listio bakal pergi lagi ke Semeru  untuk memperbantu di sana. Biasalah pengangguran, yang akhirnya ikut Relawan sebagai tenaga tambahan penanggulangan bencana." 

"Masak bu?" Ucap salah seorang ibu - ibu muda, yang juga merupakan istri dari seorang pekerja bangunan. 

"Iya bu. Masak pak Listio tega sih. Ninggalin anak sama istrinya, mana di kenaikan barang - barang pokok kayak sekarang ini. Seharusnya, dia gak harus terlalu perduli sama orang lain. Urusin dulu keluarganya, kalo kelaparan bagaimana?" Ucap salah seorang ibu - ibu muda yang suaminya merupakan  pekerja bengkel. 

"Iya ibu - ibu. Pak sulistyo itu kebangetan yah jadi suami. Tapi, istrinya juga gak begitu tegas. Kenapa juga disuruh ikut - ikutan kaya gituan. Enakan kerja, digaji dapat uang. Istri dan anak bakal senang." Ucap bu Wati.

 "Ehh ibu - ibu. Itu pak listio." Ucap ibu muda yang suaminya kerja sebagai bengkel tadi. 

"Permisi ibu - ibu. Numpang lewat, maaf menganggu." Ucap pak Listio dengan ramah. 

 "Mari pak." Sahut para ibu - ibu tadi

Sekejap pak Listyo pun pergi dan menghilang diantara rumah pak Mamat dan Masjid kampung. Dan tak lama, adzan ashar pun berkumandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun