"Puisi|Bukan laki-laki naif"
Oleh : IdrisSetiawan
Seorang pemuda lusuh, Pergi jau meninggalkan kampung halamannya.
Hanya untuk mencari rezeki halal, dan mencoba belajar lagi tentang kehidupan. Sembari menikmati Indonesia yang ternyata kaya akan tradisi, adat, dan bahasa.
Tangerang, Jakarta Selatan, bogor, depok dan meloncat ke Bandung.
Mencoba mencari jati diri.
Mencoba menjawab pertanyaan apa gunanya hidup? Untuk siapa kita hidup? Dan demi apa kita hidup?
Dia terus berjalan, menikmati malam walau hanya seorang diri. Tertawa sendiri bersama bintang-bintang, bahkan menangis bersama keheningan, Tapi tetap tersenyum di saat keramaian. Â
Apakah dia gila? Tidak tau. Apakah dia sedih? Tidak tau. Apakah dia senang? Tidak tau. Â Hanya tulisan yang bisa dia bagikan, Â
Bahwa hidup hanya berujung pada kematian. Lakukanlah apa yang kau suka tentang hidupmu. Tapi jangan menyakiti orang, dan selalu utamakan kebenaran. Walau 1000 orang membencimu karena kebenararan ucapanmu, itu lebih baik dari pada  1000 orang yang mempercayaimu karena kebohonganmu.
Dari sudut ini ia tetap berdiri, hanya bisa menikmati tiap prosesnya. Walau ia tak tau apa yang ada di depan sana.
"Untuk mu yang berjuang untuk Keluarga, di Kampung atau di Prantauan. Tersenyumlah, Tegarlah, dan jadilah dirimu sendiri. Karena hidup itu tak membutuhkan penilaian orang."
((BANDUNG|23Februari2020.19:16))