Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sajak Halu

18 Februari 2020   13:00 Diperbarui: 18 Februari 2020   12:56 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terdampar ku disini, menyaksikan iring beriringan tawa masyarakat perkotaan. Laju mobil, suara kenalpot, dan terbangnya burung mencari makan. Menghiasi setiap sudut gedung kota yang gersang ini. 

Panas matahari begitu menyengat, di tambah suara anak menangis meminta makan. Banyak anak kecil berlarian ke lampu merah, membagikan amplop berharap ada yang sedikit mau mengisinya dengan rupiah. Tak sekali ku lihat mereka sedih, dan harus mengelus dada. Melihat amplop tetap kosong, seperti sediakala.

Bus baru sampai, kucing-kucing pun berlarian. Hampir saja terlindas ban, gara-gara bus yang datang mengagetkan. Tukang asongan menyeberang jalan, sembari membawa dagangan. Tisu, minuman botol sampai ke obat-obatan. Berharap ada mobil berhenti dan memerlukan barang. 

.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun