Sendiri lagi, menyendiri lagi. Terpojok oleh kenangan yang kembali datang. Terlintas indah sebuah senyuman wanita, yang dulu sempat mengobral janji setia. Tapi pada akhirnya, ia pergi dengan orang lain. Meninggalkan ku sendiri dengan berjuta kenangan. Membunuhku dengan sebuah harapan yang ternyata palsu.
Aku ingat terakhir kali? Dimana dulu ia perna berkata, "jangan perna pergi, janji! Aku akan bersamamu. Menghapus lelahmu, dan menemani di hari tuamu. Itu janjiku padamu.". Tapi apa, janji hanya tinggal janji, luka kini luka dan Jelas aku kecewa. Tapi harus bagaimana lagi, kini dia telah pergi.
 "Diko?"(panggil ibu dari luar kamar)
 "Ia bu... ada apa?"(sembari membuka pintu)
 "Ibu boleh masuk?"
 "Ya masuk aja. Emang kapan diko larang ibu masuk ke kamar diko?"(sambil mempersilakan ibu masuk)
"Kamu kenapa? Kok ibu dan ayah lihat, beberapa hari ini suka murung?"(tanya ibu)
 "Gak bu. Diko gak apa-apa. Cuman kecapekan banyak tugas aja di sekolah."
 "Yakin karena tugas? Nanti taunya lagi ada masalah. Hmm... cerita sama ibu masalah apa? siapa tau ibu bisa bantu."
 "Gak bu. Diko cuman kecapekan."
 "Yasudah kalo gak mau cerita. Nah Ini uang.(sembari menyodorkan uang Rp.100.000) mungkin kamu lagi perlu. Atau mau beli apa yang kamu pengen?"