Kemarin, adik-adik saya, santri Mushalla Al-Mahabbah mengusulkan agar Hari Guru dirayakan dengan berbagai kegiatan, termasuk perlombaan.
Maka, saya ajak mereka bermusyawarah. Banyak kegiatan perlombaan yang mereka usulkan. Ramai usulannya. Sampai kepada teknis pelaksanaannya mereka usulkan. Mereka bertanya dan terus mengusulkan. Saya tampung dan saya terima semuanya.
Sampai pada pertanyaan "siapa dan darimana kita bisa dapatkan perlengkapannya?"Setelah saya lemparkan kepada mereka, ternyata tak satu pun yang membuat sulit. Semua ada solusinya. Semua bersedia memikul tanggungjawab. Dengan bangga dan merasa senang mereka menunjuk dirinya sendiri untuk menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan. Atau menanyakan kesediaan temannya sendiri.
Terakhir, mereka bertanya. "Perlombaannya, hadiahnya apa?" Maka, saya katakan, "siapkan saja apa kira-kira yang mau dibuat hadiahnya".
"Ya... kalau hadiahnya, ya abanglah yang siapkan." Kata mereka.
Saya katakan, "ya sudah nanti saya siapkan insya Allah. Ya mau infaq silahkan."
Salah seorang dari mereka berkata, "iya... aman itu bang."
Yang lain mengumumkan, "iya... yang mau nyumbang seribu, dua ribu boleh..."
Langsung saat itu ada yang menyerahkan Rp. 2000.
Malam berikutnya saya ditanyain lagi mengenai infaq kegiatan. Ya sudah, saya serahkan ke dia untuk mengumpulkan dan menuliskannya. Mereka menanyakan juga tentang teknis pelaksanaannya. Sehingga, saya harus mengajak mereka musyawarah kembali untuk mengkonfirmasi perkembangan persiapan. Alhamdulillah semua sudah siap. Hanya saja saya minta penegasan. Dengan tegas dan percaya diri mereka sudah standby.
Meskipun begitu, diantara mereka ada yang negosiasi kepada saya. Negosiasi kepesertaan kelompok dan materi yang akan diperlombakan. Serta laporan-laporan positif-negatif teman-teman mereka sendiri.