Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran dari Qurban

3 Oktober 2014   18:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:31 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Qurban merupakan bagian tidak terpisahkan dari perayaan idul adha yang dirayakan setiap tanggal 10 Zulhijjah. Setelah umat Islam shalat idul adha, maka dilanjutkan dengan memotong hewan qurban. Umat Islam yang memiliki kelebihan rezeki sangat disarankan melaksanakan qurban. Bahkan, jika dilandasi niat yang kuat karena Allah, seorang pemulung pun mampu melaksanakan qurban. Ibadah qurban, bukan hanya dilaksanakan pada tanggal 10 Zulhijjah saja, tetapi bisa dilakukan juga pada tanggal 11, 12, sampai 13 Zulhijjah yang dikenal dengan hari tasyrik.

Sedikitnya, ada empat pelajaran yang dapat diambil dari pelaksanaan qurban. Pertama, bentuk rasa cinta kepada Allah. Ritual qurban berawal dari kisah nabi Ibrahim AS diuji oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS. Ujian tersebut didasari dari nadzarnya yaitu bahwa demi rasa cintanya kepada Allah, kalau Beliau dikaruniai anak, maka Beliau akan mengurbankannya. Pada waktu itu, Nabi Ibrahim AS belum memiliki anak dari perkawinannya dengan Siti Sarah sampai kemudian atas permintaan Siti Sarah, Nabi Ibrahim AS menikah dengan Siti Hajar. Dari perkawinannya dengan Siti Hajar tersebut, dikaruniai anak yang diberi nama Ismail. Kemudian, Allah mengujinya berupa perintah untuk menyembelih anaknya sebagaimana nadzar yang pernah disampaikannya sebelum memiliki anak.

Dengan dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT, maka Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan anaknya, nabi Ismail AS dengan sukarela melaksanakan perintah tersebut. Karena pada dasarnya apa yang dimiliki manusia adalah titipan dari Allah. Kalau Sang pemilik ingin mengambilnya, maka tidak ada yang bisa menghalanginya. Pesan dari kisah Nabi Ibrahim AS tersebut adalah bahwa kecintaan kepada anak atau harta jangan mengalahkan kecintaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, qurban merupakan bentuk ketaatan dan rasa cinta seorang hamba terhadap Allah SWT.

Kedua, bentuk solidaritas sosial. Qurban merupakan bentuk pengendalian diri manusia dari sifat serakah. Manusia serakah akan terus menerus mengumpulkan harta, tapi enggan untuk berbagi dengan yang lain karena merasa apa yang dimilikinya tersebut adalah hasil kerja kerasnya sehingga sayang kalau berbagi kepada orang lain.

Qurban disamping sebuah bentuk kesalehan ritual, juga bentuk kesalehan sosial. Daging qurban dibagi-bagi kepada fakir-miskin, kaum dhuafa, dan anak-anak yatim. Bagi orang yang mampu, makan daging merupakan hal yang biasa, tetapi bagi orang yang berkekurangan, daging adalah makanan yang jarang dimakan. Oleh karena itu, mereka sangat senang ketika mendapatkan jatah daging qurban. Dengan demikian, ibadah kurban merupakan wujud solidaritas, sarana berbagi kasih sayang dan kebahagiaan kepada sesama manusia.

Ketiga, wujud rasa syukur. Qurban merupakan wujud rasa syukur seorang hamba terhadap rezeki yang telah dilimpahkan Allah padanya. Begitu melimpah nikmat yang telah Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya. Allah SWT berfirman “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nahl [16]: ayat 18).

Kemudian Allah SWT berfirman “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sungguh adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Lalu pada QS Arrahman Allah bertanya kepada setiap manusia, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”pertanyaan itu diulang-ulang sebanyak 31 kali. Tujuannya, untuk mengingatkan manusia kalau nikmat Allah itu luar biasa, tak ada satupun yang dapat kita dustakan.Dengan bersyukur dan bersedekah, rezeki yang dimiliki pun akan berkah.

Keempat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Begitu besar keutamaan dan pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada muslim yang melakukan qurban. Dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda bahwa “… Setiap helai bulu dari hewan yang diqurbankan menjadi satu kebaikan.”

Beradasarkan paparan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa begitu besar hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari qurban. Oleh karena itu, yang punya niat berqurban tahun ini dan punya kelebihan rezeki, jangan ditunda-tunda. Segeralah berqurban. Mari berlomba-lomba dalam kebaikan. Insya Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun