Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama featured

Hari Guru Nasional 2015: 5 Pesan Anies Baswedan kepada Guru

26 November 2015   08:58 Diperbarui: 25 November 2016   11:26 2428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbud Anies Baswedan mengajak guru-guru di Indonesia untuk terus berkarya dalam rangka mencerdaskan anak-anak bangsa.

Pada peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015 yang mengambil tema “Guru Mulia karena Karya”, Mendikbud Anies Baswedan menyampaikan pidato sambutan. Menurut saya, sedikitnya ada lima pesan yang disampaikan oleh Mas Menteri kepada guru di Indonesia. Pertama,guru harus memosisikan tanggung jawab mendidik anak-anak bangsa bukan dijadikan sebagai beban, tetapi merupakan kehormatan. Artinya, guru adalah profesi yang sangat mulia dengan tugas utama menunaikan salah satu amanat proklamasi kemerdekaan RI untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.

Guru adalah agen perubahan (agent of change).Guru adalah garda terdepan dalam pembangunan pendidikan. Guru-guru harus melaksanakan tugasnya dengan penuh sukacita, karena ibaratnya, mereka adalah para pelukis, pengukir, atau arsitek bagi masa depan generasi muda Indonesia. Mas Menteri menyampaikan bahwa setiap langkah, tutur kata, dan karya guru adalah ikhtiar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Guru harus benar-benar menghayati dan mencintai pekerjaannya. Guru harus mengajar dan mendidik setiap siswanya dilandasi oleh panggilan hati nurani. Kita ambil contoh Almarhum Bu Een Sukaesih, sang guru kalbu dari Sumedang Jawa Barat, di mana di tengah keterbatasan fisiknya, bahkan ketika sedang sakit, beliau terus mengajar anak-anak didiknya hingga napas terakhir. Bu Een melakukan hal tersebut karena beliau benar-benar mencintai pekerjaannya, ingin berkontribusi terhadap bangsa dan negara dalam mencerdaskan anak-anak bangsa, dan sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT, sehingga Bu Een tidak pernah mengeluh, tetap enjoydalam melaksanakan tugasnya.

Kedua, sekolah harus menjadi taman belajar bagi siswa. Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa menjadi taman belajar bagi siswa. Artinya, lingkungan sekolah, suasana sekolah atau kelas harus mampu mendukung pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menciptakan sekolah sebagai taman belajar antara lain; penataan lingkungan yang bersih dan sehat, menciptakan sekolah hijau (green school),pemenuhan sarana dan prasarana sekolah, komunikasi yang terjalin dengan baik antarwarga sekolah, menciptakan suasana kekeluargaan, mengembangkan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) sehingga tercipta kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Kegiatan belajar yang menyenangkan setidaknya dapat tecermin ketika para siswa tidak sabar mendengar bel tanda masuk sekolah, dan begitu berat ketika akan pulang sekolah. Hal yang banyak terjadi saat ini mungkin terbalik, di mana banyak siswa yang malas ketika mendengar bel tanda masuk sekolah, ketika belajar tidak nyaman, dan tidak sabar menunggu bel tanda pulang sekolah. Hal ini disebabkan karena para siswa merasakan sekolah seperti penjara, guru-guru dan staf sekolah seperti sipir penjara yang bengis, aktivitas belajar tidak kondusif, tidak nyaman, dan tidak menyenangkan sehingga mereka ingin segera keluar dari penjara (baca = sekolah) untuk menghirup udara bebas.

Mas Menteri menyampaikan bahwa kegiatan belajar yang menyenangkan bukannya kegiatan belajar yang tanpa tantangan, tetapi kegiatan belajar yang memberikan beragam pilihan dan tingkatan tantangan kepada guru dan siswa yang juga beragam. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, tentunya dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif, menerapkan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik yang disesuaikan dengan karakter materi dan kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Ketiga,guru diharapkan agar terus berkarya, karena guru mulia karena karyanya, dan guru dikenang juga karena karyanya. Intinya, tiada hari tanpa karya. Karya yang dimaksud bisa dalam arti membuat karya tulis ilmiah, penelitian, inovasi pembelajaran, dan karyamasterpiece dari seorang guru adalah jika mampu melahirkan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan yang luas, cerdas, berpikir kritis, memiliki sikap yang baik, memiliki budi pekerti yang luhur, dan terampil. Seorang guru tentu akan senang dan bangga jika anak-anak didiknya memiliki kompetensi yang mumpuni dan sukses dalam kehidupannya karena itulah karya terbaik seorang guru.

Pemerintah membuka ruang yang luas kepada guru untuk terus berkarya, dan pemerintah pun memberikan penghargaan bagi guru yang kreatif, inovatif, dan memberikan karya nyata untuk pendidikan Indonesia. Para guru tersebut mendapatkan penghargaan berupa tunjangan profesi guru, terpilih menjadi guru berprestasi dan guru berdedikasi. Belum lagi mendapatkan hadiah berupa uang, kesempatan beasiswa, atau studi banding ke luar negeri. Intinya, Mas Menteri mengajak para guru untuk terus berkarya dan menjadi guru pembaharu karena sosok-sosok guru seperti itu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Keempat,guru harus hadir sebagai pendidik dan pemimpin bagi anak-didiknya. Tugas guru adalah mengajar dan mendidik. Mengajar adalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik (transfer of knowledge), sedangkan mendidik adalah mentransformasikan nilai atau karakter-karakter baik kepada peserta didik (transformation of value). Oleh karena itu, kedua tugas ini harus berjalan secara berimbang dan beriringan. Dalam menjalankankan tugasnya sebagai pengajar, guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sedangkan sebagai pendidik, guru harus memiliki kepribadian yang baik dan mampu menjadi teladan bagi peserta didik.

Tugas guru sebagai pengajar bisa dikatakan lebih mudah dibandingkan dengan pendidik, karena mengajar hanya sebatas memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui sejumlah latihan secara berulang-ulang. Mendidik adalah proses membentuk karakter peserta didik menjadi seorang warga negara yang baik. Hal tersebut tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama, dilakukan melalui pengondisian (intervensi), pembiasaan (habituasi), dan keteladanan guru.

Mendidik melalui keteladanan lebih efektif daripada melalui kata-kata. Sebuah pepatah bijak mengatakan bahwa “satu perbuatan lebih efektif daripada seribu kata-kata.” Perkataan, sikap, dan perilaku seorang guru tidak akan luput dari perhatian siswa, sesama rekan kerja, dan masyarakat. Guru sebagai seorang figur bagi anak didiknya. Perkataan, sikap, dan perilaku guru akan dicontoh atau ditiru oleh anak didiknya. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menjaga perkataan, sikap, dan perilaku dalam rangka menjaga wibawa dan integritasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun