Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dosen Inspiratif: Penggerak Qiyamullail Call dan Dhuha Call

18 November 2015   19:45 Diperbarui: 18 November 2015   19:52 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Wilujeng (selamat) Qiyamullail, semoga berkah. Do’akan orang tua, keluarga, kawan-kawan, bangsa dan negara.” Kalimat tersebut adalah isi Whatsapp (WA) dari salah seorang dosen Saya pada Jum’at, 13 Nopember 2015 pukul 03.17 WIB. Isi pesannya mengajak untuk melakukan qiyamullail atau shalat tahajud. Lalu pukul 07.00 WIB, melalui WA, Beliau juga mengingatkan atau mengajak untuk shalat dhuha.

Di kalangan mahasiswa, dosen tersebut dikenal sosok yang religius, aktivis, idealis, dan dekat dengan mahasiswa. Secara pribadi, Saya pun mengenal Beliau sebagai sosok dosen yang produktif  menulis di media massa dan menulis buku serta religius. Saya ingat, sejak beberapa tahun yang lalu, Beliau memang sering mengirimkan Qiyamullail Call (shalat tahajud) dan Dhuha Call melaui SMS. Sepengetahuan Saya, dari sekian banyak dosen yang pernah mengajar Saya, baru beliau yang suka melakukan hal tersebut.

Dalam konteks pendidikan, Saya melihat bahwa apa yang dilakukan oleh sang dosen merupakan cerminan seorang dosen yang bukan hanya sebagai pihak yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menginternalisasikan nilai-nilai kebaikan. Sang dosen bukan hanya menginginkan para mahasiswanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga religius, dan memiliki budi pekerti yang baik.

Ajakan sang dosen mengerjakan shalat tahajud dan shalat dhuha merupakan bagian dari pendidikan karakter. Pada awalnya, sang dosen mengondisikan semua mahasiswa dan orang-orang lain yang dikirimi pesan tersebut setiap hari, tetapi dalam  jangka panjang, sang dosen berharap bahwa shalat tahajud dan dan shalat dhuha menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi yang telah terbiasa melakukannya, ketika satu kali saja tidak melakukannya, maka akan merasa menyesal dan merasa ada yang kurang.

Sang dosen mengharapkan mahasiswa bukan hanya menjadi orang yang cerdas secara intelektual, tetapi juga secara spiritual dan sosial. Selain itu, kesalehen yang dimiliki oleh mahasiswa bukan hanya kesalehan vertikal (rajin beribadah), tetapi juga kesalehan horizontal (berbuat baik kepada sesama manusia). Bukan hanya menguasai hard skill¸ tetapi juga soft skill. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner menyimpulkan bahwa kesuksesan seseorang 20% ditentukan oleh hard skill dan 80% ditentukan oleh soft skill.

Soft skill meliputi intrapersonal skill dan interpersonal skill. Intrapersonal skill adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri seperti mengendalikan emosi, murah senyum, ramah, sopan, santun, dan karakter yang baik lainnya. Sedangkan interpersonal skill adalah kemampuan seseorang dalam membangun relasi sosial yang baik dengan orang lain. Orang yang memiliki soft skill yang baik pada umumnya memiliki gaya komunikasi yang baik, supel, mudah bergaul dengan orang lain, serta mampu bekerja dalam tim.

Ajakan-ajakan mengerjakan kebaikan yang dilakukan sang dosen tersebut memiliki kekuatan karena Beliau terlebih dahulu telah melakukannya, alias telah memberikan keteladanan kepada para mahasiswanya. Sang dosen telah melakukan dakwah dengan perbuatan, sehingga setiap pesan qiyamullail call dan dhuha call yang masuk ke HP mahasiswanya memiliki wibawa, membuat mahasiswa yang membaca pesan tersebut termotivasi dan malu jika tidak melakukan ajakan sang dosen.

Bagi Saya, sang dosen telah memberikan inspirasi dan motivasi untuk sama-sama melakukan kebaikan dan saling berbagi kebaikan. Komunikasi yang dijalin sang dosen dengan mahasiswa bukan hanya komunikasi formal antara dosen dan mahasiswa, tetapi juga sebagai teman, seorang kakak dan adik, dan sebagai orang tua kepada anaknya. Dengan gaya komunikasi seperti itu, maka hubungan antara mahasiswa dengan dosen menjadi lebih erat dan lebih dekat, walau tentunya ada etika dan batas-batas tertentu yang perlu diperhatikan.

Qiyamullail call dan dhuha call yang dilakukan oleh sang dosen, walau pun merupakan hal yang sederhana, tetapi berdampak luar biasa. Jika ada sekian orang yang saja tergerak melakukan qiyamullail dan shalat dhuha, tentunya hal tersebut menjadi pahala bagi yang mengajaknya.

Dalam konteks sosial, ajakan-ajakan sederhana tersebut berkontribusi terhadap perubahan sosial, khususnya menciptakan masyarakat yang agamis dan berbudi pekerti luhur, karena masyarakat yang baik berawal dari pribadi-pribadi yang baik. Perubahan sebuah masyarakat berawal dari perubahan individu-individunya. Sebuah perubahan besar berawal dari yang hal yang kecil atau sederhana.

Revolusi Mental

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun