Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi: Inspirasi dari Bulan Ramadan

25 Maret 2023   17:14 Diperbarui: 25 Maret 2023   17:27 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI: INSPIRASI DARI BULAN RAMADAN

Oleh: IDRIS APANDI

 

Bulan Ramadan selain selain bulan yang diwajibkan berpuasa dan meningkatkan amal ibadah, juga dapat menjadi sumber inspirasi. Salah satunya misalnya kalau dikaitkan dengan pembelajaran berdiferensiasi sebagai paradigma pembelajaran yang diharapkan dilaksanakan oleh guru pada proses pembelajaran berbasis kurikulum merdeka. Pembelajaran berdiferensiasi pada dasarnya adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter, minat, bakat, kebutuhan, dan gaya belajar peserta didik. Dengan demikian, guru memfasilitasi pembelajaran tersebut dalam rangka melayani kebutuhan belajar peserta didik. Apalagi pembelajaran paradigma baru adalah pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik (student centre).

Jika diperhatikan, ada beberapa hal pada bulan Ramadan yang sesuai dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi. Pertama, puasa Ramadan hanya diwajibkan bagi yang memenuhi persyaratan. Syarat wajib puasa yaitu; (1) beragama Islam, (2) taklif (baligh/ berakal/terbebani untuk bepuasa), (3) kuat, (4) sehat, dan (5) iqamah (tidak bepergian). Orang yang tidak memenuhi syarat maka tidak wajib puasa. Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak boleh berpuasa. Perempuan yang sedang menyusui, orang yang sudah tua renta, orang sakit, atau yang sedang bepergian jauh dibolehkan tidak berpuasa. Tentunya disertai dengan kewajiban mengqodho dan membayar fidyah.

Kedua, dalam hal penentuan tanggal 1 Ramadan. Ada yang menggunakan metode melihat bulan (rukyatul hilal) dan ada yang menggunakan metode hisab. Bahkan ada kelompok masyarakat tertentu yang mengacu kepada aturan yang sudah lama dianut oleh para tokoh dalam kelompoknya atau mengacu kepada fatwa atau ketentuan yang telah ditentukan oleh kyai atau tokoh mereka. Semua hal tersebut tidak perlu diributkan atau dipersoalkan, karena semua punya metode dan keyakinan masing-masing dalam menentukan tanggal 1 Ramadan.

Ketiga, misalnya jika ada anak yang sedang belajar berpuasa, maka disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Jika anak sudah tidak tidak kuat, orang tua tidak perlu memaksanya berpuasa dari subuh sampai azan magrib. Orang tua yang bijak tentunya membolehkan anak tersebut untuk berbuka puasa jika sudah tidak kuat menahan lapar. Dan dalam prosesnya, terus melatih anak untuk bisa puasa dari subuh hingga azan maghrib.

Keempat, dalam hal pelaksanaan shalat tarawih, ada yang melakukannya sebanyak 11 rakaat dan ada yang 23 rakaat. Hal itu juga tidak perlu diributkan karena masing-masing ada dalilnya. Hal yang kurang baik itu jika habis buka puasa tidak dilanjut dengan shalat tarawih walau shalat tarawih hukumnya sunat.

Kelima, dalam hal buka puasa dan sahur. Setiap orang punya selera masing-masing. Oleh karena itu, alangkah baiknya, jika dalam sebuah keluarga, ibu sebagai koki keluarga bertanya kepada setiap anggota keluarganya mau berbuka puasa dengan menu apa atau sahur dengan menu apa supaya dimakan dan bisa dinikmati oleh setiap anggota keluarganya. Hal ini supaya terhindar dari mubazir karena menu yang sudah capai-capai disiapkan tapi disantap sampai habis karena tidak sesuai dengan selera para anggota keluarganya. Selain itu, boleh berbuka bersama di rumah atau pun di luar rumah.

Terkait menu buka dan sahur puasa, di media sosial ada yang membagikan menu buka puasa dan sahur selama bulan puasa. Hal ini bertujuan untuk membantu emak-emak yang kadang bingung menentukan menu untuk berbuka dan sahur. Selain itu, agar menu buka puasa dan sahur variative, menarik, dan tidak membosankan.

Keenam, aktivitas mengisi bulan Ramadan, setiap muslim yang berpuasa diberikan keleluasaan untuk mengisinya dengan beragam amal ibadah, karena setiap perbuatan baik di bulan Ramadan pahalanya berlipat ganda. Baik aktivitas ibadah yang bersifat ritual seperti shalat, berzikir, berdoa, dan tadarus Al-Qur'an maupun aktivitas yang bersifat sosial seperti bersedekah. Bahkan tidurnya orang yang berpuasa pun berpahala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun