Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Orangtua yang Mendidik Anaknya di Pesantren

16 Januari 2023   16:41 Diperbarui: 16 Januari 2023   17:25 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

REFLEKSI ORANG TUA YANG MENDIDIK ANAKNYA DI PESANTREN

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan sudah sangat lama dipercaya oleh orang tua untuk mendidik anak. Orang tua yang melepaskan anaknya untuk dididik di pesantren apakah mereka tega? Apakah mereka rela membiarkan anaknya mengalami keterbatasan makan, minum, jajan, fasilitas, dan lain sebagainya? Tentu saja tidak. 

Dalam hatinya, para orang tua sebenarnya tidak tega. Mereka inginnya dekat dan bertemu setiap hari dengan anaknya. Bukan hanya anak yang menangis saat ditinggal orang tuanya, tetapi cukup banyak orang tua yang menitikkan air mata saat mereka meninggalkan anaknya di pesantren. Apalagi jika anak yang ditinggalkannya karakternya masih manja, cengeng, belum bisa mandiri, dan semua kebutuhannya harus dilayani oleh orang tua.

Walau dalam hati tidak tega, tetapi mengapa orang tua mengirim anaknya belajar ke pondok pesantren? Tujuannya adalah agar anak mereka bukan hanya mendapatkan ilmu umum dan ilmu agama saja, tetapi ingin menanamkan kemandirian, semangat pantang menyerah, tanggung jawab, dan akhlakulkarimah. Inilah karakter yang akan menjadi modal penting untuk menghadapi masa depan. 

Dengan kata lain, orang tua ingin memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya sebagai warisan dari orang tua kepada anak. Warisan harta bisa habis, tapi warisan ilmu akan berguna seumur hidup.

Tujuan memasukkan anak ke pesantren bukan tujuan agar anak dibatasi dan merasa terpenjara, tetapi justru untuk melindungi dari lingkungan yang tidak baik sekaligus berharap anak-anaknya menjadi orang baik. Walau demikian, para guru dan ustaz di pesantren memang harus kerja keras untuk memastikan bahwa lingkungan pesantren menjadi lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif untuk belajar santri yang dititipkan oleh orang tua. Kepercayaan orang tua terhadap pesantren harus benar-benar dijaga oleh pengelola pesantren.

Pengelola pesantren bekerja keras untuk mencegah dan memastikan bahwa di lembaga mereka tidak terjadi tindak perundungan (bullying), kekerasan, perbuatan menyimpang, bahkan kekerasan seksual sebagaimana kasusnya pernah terjadi di beberapa lembaga pendidikan, termasuk pesantren. 

Untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi memang bukan hal yang mudah. Mengapa? Karena setiap anak yang masuk ke pesantren juga membawa karakter dan pengalaman dari tempat tinggal mereka masing-masing yang tidak tertutup kemungkinan justru "mewarnai" pergaulan di lingkungan pesantren. 

Oleh karena itu, perlu sinergi dan kolaborasi antara orang tua dan pengelola pesantren untuk bersama membimbing anak. Sarana, prasarana, dan penataan lingkungan pesantren juga tentunya perlu diperhatikan untuk menunjang kegiatan belajar para santri.

Kepada para santri yang saat ini belajar di pesantren, belajar memang sulit, tapi lebih sulit lagi kalau tidak belajar. Belajar memang menderita, tapi akan lebih menderita lagi kalau tidak belajar. 

Belajar pasti menghadapi tantangan, tetapi tantangan di masa depan akan jauh lebih sulit diatasi kalau tidak belajar. Ilmu dan kecakapan hidup akan menjadi penyelamat di tengah zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Butuh kesabaran, ketekunan, ketelatenan, kerja keras, sifat pantang menyerah saat belajar di pesantren. Dalam proses menuntut ilmu, tidak jarang muncul rasa kangen dan godaan ingin pulang ke rumah, ingin main sama teman-teman di kampung, jadi generasi rebahan, hanya sibuk main HP di rumah. Ini adalah tantangan yang harus kalian lewati demi mencapai cita-cita.

Wahai para santri, orang tua kalian memasukkan kalian ke pesantren penuh dengan perjuangan. Disamping harus "tega" mengirimkan anaknya ke pesantren, para orang tua juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membayar biaya dan bekal anaknya di pesantren. Orang tua rela banting tulang demi pendidikan anak. Rela mengurangi biaya hidup, jatah makan, dan ongkos buat dirinya demi membayai anaknya sekolah, kuliah, atau ngaji di pesantren.

Wahai para santri, nikmati proses dan lawan sifat malas. Buah dari kesabaran dalam melalui proses belajar akan terasa suatu saat. Ingatlah, Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Oleh karena itu, sabarlah dan kuatkanlah mentalmu dalam menuntut ilmu. Ingatlah pula, dibalik ada kesulitan pasti ada kemudahan. Yakinlah itu. Itu janji sekaligus jaminan Allah untuk hamba-Nya yang mau berusaha dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh.

Pendidikan yang baik akan menjadi jalan menuju kesuksesan. Dengan kesuksesannya, disamping bisa meningkatkan derajat dirinya, juga diharapkan bisa membantu dan mengangkat derajat keluarganya. Dalam mencapai cita-cita, tidak ada kesuksesan yang datang cuma-cuma. Orang-orang yang sukses hari ini adalah orang yang dulu mau mengikuti proses, bekerja keras, disertai dengan doa kepada Allah SWT. Wassalam. (IA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun