Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yana dan Kita: Sebuah Kajian dari Perspektif Sosio-Antropologi

19 November 2021   21:14 Diperbarui: 19 November 2021   22:24 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

YANA DAN KITA: SEBUAH KAJIAN DARI PERSPEKTIF SOSIO-ANTROPOLOGI

Oleh: IDRIS APANDI

Tanggal 18-19 November 2021 jagad dunia maya heboh atas berita (dugaan) hilangnya seorang pria asal Sumedang bernama Yana di Cadas Pangeran Sumedang. Kasus ini diawali dengan adanya voice note (VN) WA dari Yana yang dikirim kepada istinya yang isinya seperti menggambarkan Yana sedang dalam keadaan tidak berdaya dan perlu pertolongan segera. 

Sepeda motor Yana ditemukan di Cadas Pangeran Sumedang. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Yana hilang di daerah tersebut. Aparat kepolisian, Badan petugas SAR Nasional, BPBD, dibantu anjing pelacak dikerahkan untuk mencari Yana. Mereka menyusuri wilayah Cadas Pangeran, tapi Yana tidak ditemukan.

Kuncen dan ustaz pun ikut membantu proses pencariannya mengingat jalan Cadas Pangeran dikenal dengan mitosnya sebagai jalan yang angker. Mereka diharapkan bisa memberikan petunjuk keberadaan Yana. Spekulasi yang muncul adalah Yana bukan hilang seperti halnya orang hilang pada umumnya, tetapi karena dibawa oleh mahluk halus penghuni Cadas Pangeran yang dikenal angker.

Cadas Pangeran adalah jalan yang dibangun pada tahun 1809 pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels. Saat itu Sumedang dipimpin oleh Bupati Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel. Dia menentang keras kesewenang-wenangan Daendels.  

Puncaknya Pangeran Kornel pernah menerima salam Daendels dengan tangan kirinya saat dirinya bertemu dengan Daendels sebagai simbol ketidaksukaannya atas kesewenang-wenangan Daendels memaksa penduduk Sumedang kerja rodi membangun jalan dengan medan berbatu cadas tersebut.

Jalan ini merupakan bagian jalur Anyer-Panarukan yang melewati wilayah Sumedang, Cirebon, dan Majalengka. Pada proses pembangunannya, diperkirakan sebanyak 5000-an penduduk Sumedang meninggal disebabkan oleh berbagai hal seperti kelelahan, terjatuh dari jurang, sakit, kelaparan, dan dimakan binatang buas. Di sekitar Cadas Pangeran banyak kuburan tidak bernisan. Hal inilah yang menyebabkan jalan yang memiliki tikungan-tikungan tajam ini dikenal angker dan penuh dengan mitos.

Berita hilangnya Yana di Cadas Pangeran ternyata antiklimaks karena Yana ternyata ditemukan di Majalengka (ada juga yang memberitakan ditemukan di Cirebon) dalam keadaan sehat wal-afiat. Sontak seluruh netizen penghuni jagad maya yang pada awalnya merasa simpati dan mendoakan supaya Yana segera ditemukan oleh tim pencari berbalik menjadi marah dan antipati padanya.

Keluarga Yana, Netizen dan tim pencari sudah di-prank oleh Yana. Dia sudah membuat banyak pihak repot dan khawatir. Yana diperiksa oleh Polres Sumedang untuk digali keterangan seputar motifnya melakukan hal tersebut. Dia pun terancam pidana karena diduga telah melakukan penipuan menyampaikan informasi yang bohong.

Dari konteks sosio-antropologi, menurut saya, mengapa kasus "hilangnya" Yana menjadi perhatian banyak pihak? Hal ini disebabkan oleh "drama" VN yang dikirimkan Yana kepada istinya dan sepeda motor yang ditemukan ditemukan di Cadas Pangeran yang dikenal sebagai tempat yang angker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun