Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pendidikan Pancasila bagi Generasi Millenial di Era Digital

31 Juli 2021   10:33 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:55 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDIDIKAN PANCASILA BAGI GENERASI MILLENIAL DI ERA DIGITAL

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Strategi Mewujudkan Kakakter Pelajar Pancasilais)

 

Dunia sudah memasuki era digital. Semua bidang kehidupan tidak lepas dari digitalisasi. Digitalisasi adalah dampak dari era globalisasi yang telah melanda negara-negara di dunia. Dunia saat ini seperti sudah tidak ada sekat atau batas antarnegara. Berbagai layanan informasi dan komunikasi sudah bisa dilakukan secara mudah dan cepat melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kejadian di sebuah negara, informasinya dapat dengan cepat menyebar ke belahan dunia lainnya. Kata viral begitu akrab dengan masyarakat untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang tersebar melalui media TV dan media sosial.

 Teknologi sudah ada di genggaman tangan. Milyaran manusia di muka bumi ini sudah memiliki smart phone atau HP pintar. Dengan dukungan internet, hampir semua pekerjaan dapat dilakukan dan dikendalikan dari satu tempat. Orang bisa bertransaksi secara online. Terlihat seperti sedang rebahan, padahal mungkin saja dengan meraup cuan atau penghasilan.

Generasi muda atau suka juga disebut generasi millennial/generasi Z atau adalah generasi yang sangat cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Tanpa diajari pun, mereka belajar sendiri. Kemampuan mereka dalam menguasai teknologi jauh meninggalkan orang tua atau orang dewasa lainnya. Teknologi ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi bisa meningkatkan kualitas hidup manusia, dan di sisi lain bisa merusaknya. Teknologi bisa mempercepat akses informasi dan komunikasi dan di disi lain bisa menjadi sarana yang cepat untuk menyebarkan hoaks, fitnah, atau ujaran kebencian. Teknologi di satu sisi bisa meningkatkan roda ekonomi masyarakat sedangkan di sisi lain, bisa menjadi sarana kejahatan cyber. Intinya, teknologi tergantung siapa yang memegangnya dan akan digunakan untuk kepentingan apa. Tentunya kita berharap bahwa teknologi digunakan untuk kemajuan dan keselamatan umat manusia.

Mayoritas masyarakat Indonesia sangat akrab dengan media sosial. Beragam media sosial mulai dari WA, FB, Twitter, YouTube, dan saat ini Tik Tok sangat digandrungi oleh masyarakat termasuk generasi muda. Mereka kreatif membuat berbagai jenis konten sebagai bentuk kreativitas dan bentuk kebebasan berekspresi mereka. Pada dasarnya kita bangga dengan kreativitas generasi muda dalam membuat konten, apalagi jika konten tersebut dapat membangun citra positif untuk diri mereka sendiri khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Cuan atau penghasilan dengan sendirinya mereka dapatkan dari konten yang mereka buat. Saat konten mereka banyak yang menyukainya, maka cuan pun mereka dapatkan.

Saat ini memang ekonomi kreatif menjadi andalan untuk memunculkan wirausahawan muda disaat lapangan kerja terbatas dan dalam rangka menyambut revolusi industri 4.0. Selain menjadi content creator, di Indonesia juga cukup banyak generasi muda yang mendirikan start up dan mencoba bersaing dengan start up dari luar negeri. Saya yakin mutu generasi muda Indonesia tidak kalah dengan bangsa asing asal mereka diberikan ruang untuk berkreasi dan karya-karyanya diapresiasi oleh bangsa sendiri. Jangan sampai generasi muda Indonesia memilih mengembangkan karir di luar negeri karena merasa kurang mendapat kesempatan dan apresiasi di negeri sendiri. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah kerugian bagi bangsa Indonesia.

Walau Indonesia tidak sudah menjadi bagian dari masyarakat global, tetapi dalam konteks kebangsaan, bangsa Indonesia khususnya generasi muda jangan kehilangan jati dirinya. Pancasila sebagai ideologi bangsa harus ditanamkan dan diperkuat ke dalam jiwa mereka. Tujuannya agar generasi muda Indonesia memiliki nasionalisme dan patriotisme ditengah derasnya gempuran budaya asing.

Pancasila, khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa bisa menjadi benteng untuk membendung paham radikal yang menyebar di internet dan media sosial. Sikap toleran, saling menghargai, dan saling menghormati antarpemeluk agama perlu dikembangkan. Generasi muda jangan sampa mudah terpegaruh isu SARA bahkan hoaks yang bisa merusak kedamaian kehidupan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun