Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Menulis untuk Mendukung Merdeka Belajar

29 Juni 2021   16:56 Diperbarui: 29 Juni 2021   17:24 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MERDEKA MENULIS UNTUK MENDUKUNG MERDEKA BELAJAR

Oleh: IDRIS APANDI

(Widyaprada LPMP Jawa Barat, Penulis 950+ Artikel dan 50 Buku)

Saat ini Kemdikbudristek menggulirkan kebijakan merdeka belajar. Intinya adalah peserta didik diberikan ruang untuk belajar melalui beragam sumber belajar. Peserta didik pun perlu difasitasi belajar sesuai dengan gaya belajar yang kemampuan yang beragam. Inilah yang disebut sebagai pembelajaran yang berpihak kepada anak atau pembelajaran terdiferensiasi sehingga kesejahteraan peserta didik (student wellbeing) saat belajar bisa terwujud. Hal ini sesuai dengan pesan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang mengamanatkan bahwa sekolah harus menjadi taman belajar bagi peserta didik.

Sekolah sebagai taman belajar adalah sekolah yang kondusif bagi mereka. Selain pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, peserta didik juga bebas dari perundungan atau tindakan kekerasan, lingkungan fisik sekolah yang bersih, aman, dan nyaman. Saat peserta didik lebih senang mendengar bel tanda waktu istirahat atau pulang, atau lebih senang kalau gurunya tidak hadir daripada hadir mengajar, maka sekolah tersebut belum menjadi sebuah taman belajar bagi mereka. Mengapa? Karena taman identik dengan tempat yang nyaman, nyaman, dan betah di sekolah.

 Peran guru sangat penting dan tidak akan tergantikan dalam pembelajaran. Walau demikian, peserta didik bisa belajar bukan hanya dari guru. Mereka bisa belajar dari beragam sumber belajar. Di era digital saat ini peserta didik bisa mendapatkan atau mengunduh berbagai materi pelajaran dari internet, modul, dan e-book. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Dalam pembelajaran yang mengedepankan aktivitas peserta didik, guru berperan sebagai fasilitator. Guru mendesain dan mengatur proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik.

Kebijakan merdeka belajar tentunya perlu disambut dan disikapi dengan secara positif oleh sekolah dan ditindaklanjuti agar bisa mencapai tujuan. Salah satu unsur yang penting dalam mewujudkan merdeka belajar adalah unsur Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya pendidik dan tenaga kependidikannya. SDM sekolah harus professional dan kompeten. Salah satu ciri pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten adalah mampu menulis. Menulis harus menjadi tradisi akademik di sekolah. Jangan sampai di sekolah berjejer buku-buku, artikel, atau hasil penelitian orang lain, tapi karya pendidik atau tenaga kependidikannya tidak ada. Hal tersebut tentunya memprihatinkan.

Guru diharapkan menyusun (menulis) bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Bahan ajar ajar yang disusun oleh guru tentunya akan menjadi alternatif sumber belajar bagi peserta didik. Bukan hanya mengandalkan buku-buku teks yang dibeli dari toko atau dropping dari pemerintah saja. Manfaat jika bahan dibuat oleh guru adalah bahan ajar tersebut bisa lebih kontekstual dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Guru bukan hanya mampu menulis bahan ajar seperti diktat, modul, atau buku, tetapi diharapkan juga bisa menulis laporan penelitian, praktik baik (good practice), artikel untuk jurnal, dan artikel populer. Keren sekali jika guru bisa seperti itu. Dia akan menjadi aset yang sangat berharga bagi sekolah tempatnya bertugas. Jika tidak mampu menulis beragam jenis tulisan, minimal ada satu jenis tulisan yang fokus dia geluti dan kembangkan.

Selain guru, tenaga kependidikan di sekolah pun alangkah baiknya juga memiliki kemampuan menulis. Hal ini akan menjadi nilai tambah bagi sekolah. Kalau bagi kepala sekolah dan guru, menulis bisa untuk pengembangan profesi atau untuk naik pangkat. Lalu, apa manfaat kemampuan menulis untuk tenaga kependidikan seperti staf administrasi, laboran, pustakawan, bahkan tenaga kebersihan dan tenaga keamanan sekolah? Minimal bisa mendukung tugas mereka menyusun laporan, sebagai sarana curhat, sarana hiburan, sarana berbagi pengalaman, atau bahkan sarana pengembangan diri. Menulis adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan diasah. Ada juga pengaruh faktor minat, tapi bobotnya  tidak lebih besar dibandung faktor kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, tenaga kependidikan sangat bagus kalau belajar menulis.

Bingung saat mau menulis? Prinsipnya menulislah dengan merdeka atau merdeka menulis. Menulis apa saja sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Tulisan adalah jejak sejarah yang akan ditinggalkan oleh penulisnya. Kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan suatu saat memasuki masa purnabakti, mutasi, atau promosi. Dia akan meninggalkan sekolah tempatnya mengabdi, tetapi saat dia meninggalkan buku atau bentuk karya tulis lainnya di rak perpustakaan sekolah, karyanya akan tetap dibaca. Nama mereka akan dikenang pernah ada dan berkontribusi dalam membangun budaya literasi dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun