Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perlunya Mengubah Cara Pandang Pedagang di Lokasi Wisata terhadap Wisatawan

5 Juni 2021   23:24 Diperbarui: 8 Juni 2021   13:30 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus harga dagangan yang tinggi atau di luar batas kewajaran (nekuk harga) di beberapa tempat wisata menjadi viral di media sosial (medsos). Hal tersebut menjadi perhatian juga bagi pemerintah setempat dan pedagang-pedagang di lokasi yang sama. 

Ibaratnya, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kelakuan 1-2 oknum pedagang, maka citra semua pedagang di wilayah tersebut menjadi rusak. 

Para wisatawan tidak mau lagi datang ke tempat tersebut, tidak mau jajan atau belanja lagi karena takut ditekuk harganya. Dampaknya, tempat wisata sepi, warung pedagang sepi, dagangan tidak laku, dan akhirnya banyak pedagang yang gulung tikar alias bangkrut.

Hal tersebut tentunya membuat khawatir pedagang dan pemerintah daerah setempat karena pastinya akan berdampak terhadap aspek ekonomi. 

Dunia pariwisata yang diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat apalagi pada masa pandemi ini, justru sebaliknya redup karena kelalakuan aji mumpung oknum pedagang tertentu. 

Sebagian pedagang mungkin berpikir bahwa para wisatawan adalah sasaran empuk untuk mendapatkan keuntungan yang besar. 

Bahkan ada tempat wisata yang melarang para wisatawan membawa makanan dan minuman dari luar supaya makanan dan minuman di lokasi tidak laku. Hal ini bisa dibaca sebagai sebuah monopoli pengelola wisata terhadap wisatawan.

Mungkin pola pikir mereka adalah saat berani berwisata harus siap membawa uang yang banyak. Pastinya setiap wisatawan membawa uang untuk bekal. Mereka bahkan rela menabung sekian lama agar bisa berwisata ke tempat tujuannya. 

Walau demikian, jumlah uang yang dimiliki oleh setiap wisatawan tentunya beragam. Ada yang terbatas dan ada pula yang uangnya seolah tidak berseri. Jika uang cash habis, cukup gesek di-ATM atau membayar secara online.

Wisatawan yang membawa uang terbatas tentunya dia harus mengatur keuangannya dengan baik. Apalagi wisatawan backpacker, dia harus benar-benar memperhitungkan setiap pengeluaran untuk menginap, makan, oleh-oleh, dan sebagainya. 

Wisatawan yang memiliki banyak uang pun bukan berarti tidak hitung-hitungan. Mereka tetap hitung-hitungan karena mereka pun tidak mau membayar mahal untuk suatu hal yang mereka nilai bisa dibayar lebih murah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun