Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dua Tahun Pendidikan Indonesia Didera Corona: Bangkit dan Bergerak

2 Mei 2021   10:30 Diperbarui: 2 Mei 2021   10:36 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemdikbud melaksanakan webinar terkait parenting dan bekerja sama dengan TVRI untuk memasukkan materi parenting dalam program belajar dari rumah untuk membantu orang tua membimbing anaknya saat BDR. Praktisi parenting dan psikolog pun turut andil memberikan tip atau saran cara mendampingi anak belajar dari rumah, tetapi pertanyaannya adalah berapa persen orang tua yang mengikuti acara tersebut mengingat orang tua pun harus bekerja. Oleh karena itu, acara parenting harus semakin sering dilaksanakan dan waktunya dilaksanakan pada saat jam selepas kerja agar orang tua memiliki kesempatan untuk mengikutinya.

Orang tua pun diimbau untuk mau belajar secara mandiri dari berbagai sumber terkait strategi pendampingan anak saat belajar dari rumah. Hal ini bisa dilakukan jika mereka sadar dengan perannya sebagai orang tua, memiliki jiwa pemelajar, dan memiliki tingkat literasi yang tinggi. Ini hal yang tidak mudah mengingat masih rendahnya minat baca masyarakat.

Belajar dari Rumah (BDR) memunculkan kesadaran dari orang tua tentang pentingnya peran guru. Mendampingi belajar satu orang anak saja sudah mengeluh dan merasa tidak sanggup. Bagaimana dengan guru di sekolah yang harus membimbing puluhan bahkan ratusan terhadap siswa? Oleh karena itu, muncul kesadaran untuk semakin menghargai guru dan peran guru tidak akan bisa digantikan walau sudah ada teknologi canggih karena belajar bukan hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan tetapi juga internalisasi nilai-nilai budi pekerti.

Pemerintah tidak ingin gegabah melaksanaan PTM kalau tidak ada indikator-indikator terukur yang mendukungnya. Oleh karena itu, pemerintah pun menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri. Tujuannya agar pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi termasuk keputusan untuk membuka sekolah untuk PTM bisa dipertimbangkan dari berbagai sisi.

Kondisi pendidikan yang seperti ini tentunya bukan berarti membuat semua pihak yang terkait dengan pendidikan berpangku tangan, tetapi harus sinergi dan berkolaborasi mencari solusi. Semua pihak harus bisa saling menguatkan untuk bangkit dan bergerak. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Begitu pun dunia usaha diharapkan bisa memberikan sumbangsih untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan.

Saat ini di beberapa daerah sudah dilaksanakan uji coba PTM secara terbatas. Hal tersebut tentunya perlu terus dipantau dan dievaluasi sebagai dasar untuk pelaksanaan pembelajaran pada tahun pelajaran 2021-2022 karena setiap sekolah diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka. Keputusan terkait hal ini tentunya ada pada pemerintah daerah atas persetujuan dari orang tua peserta didik.

Terkait dengan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, hal tersebut dapat tetap dimanfaatkan oleh guru saat pembelajaran tatap muka. Guru pun diharapkan tetap semangat dalam belajar TIK karena teknologi adalah hal yang sifatnya dinamis dan berkembang sangat cepat. Beragam aplikasi pembelajaran terus dikembangkan dan menawarkan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.

Pada September dan Oktober 2021 rencananya Kemdikbud pun akan menyelenggarakan Asesmen Nasional (AN) pada jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) dengan menggunakan tiga instrumen, yaitu; (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), (2) survei karakter, dan (3) survei lingkungan belajar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat pendidikan Indonesia masih terdampak pandemi Covid-19. Tujuan dari AN adalah untuk memetakan mutu pendidikan nasional. Tujuan AKM untuk mengetahui gambaran kemampuan peserta didik pada literasi dan numerasi yang akan ditindaklanjuti dengan berbagai program peningkatan kemampuan literasi dan numerasi baik bagi guru maupun bagi peserta didik.

Survei karakter berkaitan dengan upaya mewujudkan sosok pelajar pancasilais, dan survei lingkungan belajar berkaitan dengan upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif sebagaimana yang diamanatkan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yaitu menjadikan sekolah sebagai taman belajar bagi peserta didik. Semoga para pemimpin dan pelaku pendidikan diberikan kekuatan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi mencerdaskan kehidupan bangsa. Selamat Hardiknas 2021.

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun