Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuan Rumah Ramah, Tamu Sumringah

11 April 2021   02:10 Diperbarui: 11 April 2021   02:16 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda bertamu ke sebuah tempat, baik atas dasar menghadiri undangan atau atas inisiatif sendiri untuk bersilaturahim, lalu diterima oleh tuan rumah dengan ramah? Apa yang Anda rasakan?  

Begitu pun sebaliknya. Apa yang Anda rasakan saat Anda bertamu ke sebuah tempat, tetapi penerimaan tuan rumah kurang bahkan tidak ramah. 

Wajah kecut, sikap yang kurang bersahabat, dan untaian perkataan yang kurang enak didengar. 

Saya yakin perasaan Anda sama perasaan saya, yaitu akan merasa senang jika disambut dengan baik dan ramah oleh tuan rumah. Dan sebaliknya, saya ataupun Anda akan kecewa jika sambutan atau penerimaan tuan rumah kurang nyaman.

Kita pasti akan merasa betah jika tuan rumah ramah. Sebaliknya, kita akan merasa gerah jika tuan rumah kurang ramah. 

Saat tuan rumah ramah, waktu bertamu tidak terasa terlalui walau ternyata sudah lama berada di tempat itu, tetapi  kalau tuan rumah kurang ramah, maka kita ingin cepat meninggalkan tempat itu. Kita tentu kecewa mendapatkan penerimaan seperti itu dan akan makin kecewa saat kita datang atas undangan tuan rumah.

Di tempat wisata, tamu (wisatawan) diposisikan seperti raja, karena mereka adalah pihak yang memang diharapkan datang dan memberikan devisa kepada daerah yang dikunjunginya. 

Mulai dari bandara, pelabuhan, dan stasiun dipasang foto atau spanduk ucapan selamat datang baik dari kepala daerahnya maupun model iklan untuk menyambut para wisatawan agar mereka betah.

Islam mengajarkan bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu. Bagaimana caranya? Diantaranya dengan sambutan atau penerimaan yang ramah. Etika sosial pun tentunya mengatur bagaimana cara menyambut tamu dan juga cara bertamu yang baik.

Jamuan air minum bisa menjadi sarana untuk menambah keakraban atau kenyaman tamu. Sedikit basa-basi untuk membuka pembicaraan boleh juga, karena biasanya orang yang bertamu walaupun memiliki maksud tertentu, dia tidak langsung ke pokok permasalahannya, tetapi diawali dengan basa-basi atau pembicaraan yang bersifat umum. 

Kalau langsung menyampaikan pokok persoalan, justru akan menyebabkan kesan kaku dan formal, kecuali jika memang dalam yang mendesak atau waktunya mepet atau orang yang dituju sedang sibuk.

Orang yang bertamu selain untuk memenuhi undangan atau bersilaturahim, tidak tertutup kemungkinan menawarkan sesuatu atau meminta bantuan. Ada kalanya tuan rumah bisa membantunya atau tidak bisa membantunya disebabkan oleh berbagai hal. 

Walau demikian, sikap tuan rumah yang tetap ramah dan santun walau tidak bisa membantu atau mengabulkan permohonan dari tamu akan tetap memberikan kesan yang positif. Sang tamu bisa pamitan atau meninggalkan ruangan tuan rumah dengan perasaan yang nyaman walau tujuannya tidak tercapai.

Tuan rumah hendaknya tidak membeda-bedakan terhadap siapa pun tamu yang datang. Kalau yang datang adalah atasannya, orang penting, atau orang yang akan memberikan keuntungan baginya, dia menerimanya dengan ramah. 

Sebaliknya, dia bersikap ketus saat tamu yang datang adalah orang biasa dan dinilai tidak memberikan "nilai tambah" baginya.

Etika menerima tamu adalah salah satu keterampilan dasar dalam interaksi antarsesama manusia. Sebenarnya bukan hanya menerima bertamu saja yang perlu etika, saat bertamu pun tentunya perlu menggunakan etika, tetapi tulisan ini memang lebih difokuskan pada pembahasan etika tuan rumah atau etika saat menerima tamu.

Sebuah instansi biasanya memiliki Standar Operasional (SOP) saat menerima tamu. Mulai dari menanyakan identitas, menanyakan orang yang dituju, tujuan bertamu, dan mengisi buku tamu. 

Di satu sisi SOP dilaksanakan, tetapi di sisi lain, petugas atau tuan rumah harus bersikap ramah dan santun kepada tamu agar mereka merasa dilayani dengan baik.

Pimpinan instansi harus menempatkan staf atau petugas di bagian resepsionis yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik karena resepsionis adalah "mukanya" pelayanan sebuah instansi. 

Setiap instansi pun perlu memberikan pelatihan kepada staf yang bertugas menerima tamu baik dari sisi pengelolaan SOP-nya maupun dari sisi kemampuan public speaking-nya agar dapat memberikan pelayanan prima kepada tamu.

Kemampuan menerima tamu dengan  baik akan menyebabkan tamu yang datang disamping merasa senang, juga akan respek, dan meninggalkan kesan yang baik terhadap tuan rumah. 

Sang tuan rumah suatu saat mungkin saja berganti menjadi tamu yang juga ingin diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Di sinilah pentingnya saling menghormati, saling menghargai, dan saling "menyelami" hati nurani masing-masing.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun