Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mending Jadi Pemain Utama di Tim Kecil daripada Pemain Cadangan di Tim Besar

12 Januari 2021   14:52 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:19 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seorang pemain yang bisa dikatakan sebagai pemain hebat yang ditransfer sebuah klub speak bola besar dari sebuah klub sepak bola kecil mengeluh karena dia lebih sering mengisi bangku cadangan daripada menjadi pemain utama. Dalam sekian puluh pertandingan yang telah diikuti klub tersebut, dia sangat jarang dimainkan. 

Kalau pun dimainkan, hanya pada babak kedua dan hanya bermain beberapa belas menit saja. Bahkan pernah dimainkan saat injury time. Baru beberapa kali menyentuh bola, wasit keburu meniup tanda pertandingan berakhir.

Pemain tersebut sebenarnya ditransfer dengan nilai yang besar untuk selevel pemain bintang dari sebuah klub kecil. Dia ditransfer oleh klub besar karena selain memang diperlukan untuk memperkuat squad klub tersebut, juga dinilai berpotensi akan menjadi pemain bintang di masa yang akan datang. 

Lalu dia akan dijual ke klub lain dengan nilai yang lebih besar, bahkan harganya bisa fantastis dibandingkan dengan harga saat pemain tersebut ditransfer dari klub asalnya.

Di klub besar tersebut, dia harus bersaing dengan pemain-pemain bintang yang sudah ada. Intinya, kalau ingin lebih banyak waktu bermain, maka dia "berharap" ada pemain bintang yang cedera atau tampil buruk. Itu pun kalau pelatih klub memintanya untuk mengganti pemain yang cedera atau tampil buruk tersebut. Kalau tidak dipercayai, dia tetap harus duduk di bangku cadangan, karena tentunya ada pemain cadangan lain yang dalam pandangan pelatih lebih layak untuk dimainkan.

Sungguh betapa tidak enaknya menjadi pemain cadangan. Saat klub menang atau menjadi juara, kebahagiaan yang dirasakannya tidak akan sebesar pemain yang menjadi pemain utama karena dia tidak ikut berkeringat atau "berdarah-darah" memperjuangkan kemenangan klub. 

Sebaliknya, kalau klubnya kalah atau menurun prestasinya, dia ikut menanggung malu dan ikut dihakimi oleh penggemar klub.

Oleh karena itu, banyak pemain yang pada awalnya senang ditransfer dengan harga besar oleh sebuah klub besar, karena jarang diberi kesempatan bermain, dia ingin agar dirinya dijual kembali ke klub lain walau dengan harga murah atau memilih kembali ke klub asalnya dengan status bebas transfer. 

Pada klub besar tersebut, sang pemain merasakan bahwa dirinya kurang diakui, kurang diapresiasi, kurang dibutuhkan, kurang dianggap memiliki peranan yang penting. 

Mungkin saja ada yang menilai bahwa dia gagal bersaing dengan pemain yang lain, tapi ada juga yang menilai bahwa keputusan klub merekrut pemain tersebut kurang tepat, bahkan justru akan meredupkan karir sang pemain karena strategi pelatih klub kurang sesuai dengan gaya bermain sang pemain.

Baginya, lebih baik bermain di klub kecil dengan gaji yang lebih murah dibandingkan harus terus menjadi pemain cadangan di klub besar walau digaji lebih mahal. Seringnya bermain di sebuah klub akan menjadi pertimbangan bagi pelatih tim nasional untuk memanggilnya memperkuat timnas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun