Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Penulis, Guru Penggerak Perubahan

2 Desember 2020   15:13 Diperbarui: 5 Desember 2020   01:09 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi guru penggerak. (sumber: pexels via pixabay.com)

Menulislah dan ukir sejarah. Kalimat tersebut tentunya bukan sekadar jargon atau motto semata. Hal tersebut merupakan hal yang telah banyak terbukti dan banyak dirasakan oleh banyak penulis. 

Tulisan adalah sebuah jalan baginya untuk dikenal dan menuju keabadian. Nyawa seorang penulis boleh hilang dari raga, tetapi karyanya akan tetap ada.

Menulis itu nikmat, menulis itu menyenangkan, menulis itu membahagiakan, dan menulis itu menghasilkan materi. Kalimat itu terucap dari orang-orang yang telah kecanduan menulis, menjadikan menulis sebagai hobi, menulis sebagai gaya hidup, dan menulis sebagai profesi. 

Tidak setiap orang yang menulis tujuannya untuk mendapatkan penghasilan, tetapi hanya untuk mendokumentasikan, menyebarkan gagasan, dan sarana aktualisasi diri. 

Walau demikian, seiring dengan banyaknya karya yang dihasilkannya dan banyak dibaca banyak orang, maka namanya pun menjadi terkenal, dia banyak diundang menjadi pemateri pada seminar, workshop, atau pelatihan menulis baik yang dilakukan oleh pemerintah, satuan pendidikan, komunitas, atau organisasi profesi. Dengan demikian, pundi-pundi materi akan masuk dengan sendirinya.

Walau sudah banyak penulis, tapi yang terkenal biasanya adalah penulis-penulis yang memiliki karakter dan gaya yang khas. Kalau penulis yang standar-standar saja atau penulis yang hanya sekadar ikut-ikutan biasanya datang dan pergi tanpa meninggalkan kesan yang khusus di mata para pembacanya. 

Tidak perlu menggeluti berbagai jenis tulisan, tetapi lebih baik fokus kepada satu bidang keahlian tertentu sehingga dia dikenal ahli pada bidang tertentu. Menurut saya, indikator keahlian seorang penulis adalah dia banyak menulis tulisan yang sesuai dengan bidang kajiannya. Kalau pun dia menulis tulisan yang diluar keahliannya, hanya sebagai selingan saja.

Menulis, khususnya menulis buku saat ini telah menjadi sebuah Gerakan dan tren di kalangan guru pasca digulirkannya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tahun 2015. 

Para guru didorong untuk menjadi pelopor dan teladan dalam berliterasi khususnya dalam menulis buku. Buku, baik dalam bentuk antologi maupun buku solo telah banyak diterbitkan oleh guru. Hal tersebut tentunya perlu mendapatkan apresiasi.

Menulis memang perlu kemauan, komitmen, ketahananpayahan. Mengapa demikian? Karena kalau tidak memiliki ketiga hal tersebut, banyak yang ingin memiliki karya tulis, tapi pada akhirnya tidak menjadi kenyataan. Aktivitas menulis identik dengan aktivitas membaca. 

Oleh karena itu, kalau seseorang ingin bisa menulis, dia harus banyak membaca agar tulisannya berkualitas. Dan hal yang paling penting adalah harus banyak berlatih, karena latihan adalah sarana untuk mengasah kemampuan dalam menulis. 

Seorang penulis yang hebat tidak dilahirkan secara instan, tetapi dilahirkan melalui proses yang panjang. Dengan kata lain, dia harus "berdarah-darah" untuk mencapai puncak karirnya sebagai penulis.

Setiap penulis tentunya memiliki minat, passion, dan gaya masing-masing dalam menulis. Ibarat pelangi, hal tersebut bisa menjadi sebuah sarana untuk saling mewarnai khazanah tulis menulis. Warna yang beragam dalam sebuah pelangi semakin menambah indah pelangi tersebut. Dengan demikian, jadilah diri sendiri melalui karya tulis yang dihasilkan.

Menulis harus menjadi tradisi akademik di kalangan guru sebagai seorang tenaga profesional. Menulis tidak akan bisa lepas dari pelaksanaan tugas guru. 

Mulai dari menyusun silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun bahan ajar, menulis soal-soal tes, dan menulis laporan hasil belajar peserta didik. Dalam konteks ini, aktivitas menulis dikembangkan pada menulis karya ilmiah baik dalam bentuk buku, artikel, atau laporan penelitian.

Bagi saya, guru penulis adalah guru penggerak perubahan, karena tulisan-tulisannya bisa menjadi inspirasi bagi para pembacanya. Sebuah tulisan yang mengampanyekan kebaikan lalu bisa menjadi inspirasi bagi yang lain untuk berubah, maka dia bisa menjadi jalan bagi orang lain untuk berubah. Dari konteks agama, hal tersebut bisa menjadi pahala yang terus mengalir bagi dirinya.

Guru penggerak perubahan merupakan sosok-sosok yang diperlukan saat ini mengingat tantangan dunia pendidikan saat ini begitu kompleks. Menulis bisa menjadi jalan untuk perubahan. Semakin banyak menulis, semakin baik gagasan yang disampaikan, maka semakin banyak investasi kebaikan yang disemai. 

Dengan kata lain, menulis ibarat menanam bibit tanaman. Bibit yang telah ditanam tersebut harus disiram, dipupuk, dan dipelihara agar tetap tumbuh dengan baik, sehingga suatu saat hasilnya dapat dipanen. Makna panen bagi seorang penulis adalah banyak manfaat yang dirasakan oleh para pembaca dari tulisannya tersebut.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan, Penulis 890-an Artikel dan Lebih dari 40 Buku)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun