Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Optimisme Sekolah Jelang KBM tatap Muka

10 Agustus 2020   21:46 Diperbarui: 10 Agustus 2020   21:41 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MEMBANGUN OPTIMISME SEKOLAH JELANG KBM TATAP MUKA

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)

 

Surat Keputusan 4 Menteri akhirnya disesuaikan (direvisi). Awalnya, kegiatan belajar tatap muka hanya boleh dilakukan di sekolah pada zona hijau (tentunya setelah mendapatkan izin dari berbagai pihak terkait), sekolah yang berada di zona kuning pun dibolehkan untuk melakukan KBM tatap muka dengan syarat harus ada izin berbagai pihak terkait dengan memperhatikan protokol kesehatan. Keputusan ini bisa dikatakan sebagai sebuah keputusan yang berani sekaligus agak berspekulasi, karena sebanyak 276 kabupaten/kota berada (43%) masih berstatus zona hijau dan kuning Covid-19.

Hal ini pun menuai pro dan kontra di kalangan pengamat dan praktisi pendidikan. Pihak yan pro dengan KBM tatap muka beralasan bahwa jika siswa terlalu lama belajar di rumah, maka dikhawatirkan mereka semakin malas belajar dan terjadi kesenjangan dalam kualitas belajar di rumah antara siswa yang dilengkapi dengan sarana yang memadai dengan siswa yang kurang didukung oleh sarana yang memadai. Kasus-kasus Covid-19 masih terus bertambah setiap hari. Belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Vaksin Covid-19 pun masih dalam proses penelitian. Jadi, kalau misalnya KBM tatap muka menunggu kondisi normal pun, entah kapan bisa dilakukan.

Pihak yang kontra beralasan bahwa keputusan membuka KBM tatap muka di sekolah di saat kondisi masih pandemi adalah hal yang sangat berisiko. Sekolah jangan sampai jadi cluster baru penularan pandemic Covid-19. Mereka menyitir kalimat iklan sebuah produk, "Untuk anak kok coba-coba."

Menurut saya, Kemendikbud sebenarnya galau untuk membuka KBM tatap muka di zona kuning karena berisiko, tetapi karena mempertimbangkan berbagai hal, akhirnya KBM tatap muka di zona kuning dibolehkan. Banyak guru, siswa, dan orang tua siswa yang mengeluhkan dengan terlalu lamanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Rasa bosan, jenuh, lelah, kendala sarana dan prasarana, dan beban kuota internet menjadi keluhan yang paling banyak muncul. Berdasarkan evaluasi dari berbagai pihak pun, PJJ dinilai kurang efektif, utamanya bagi mengalami kendala sebagaimana yang saya sebutkan.

Seorang tokoh pendidikan menyampaikan bahwa kalau pembelajaran hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, google lebih hebat dari guru. Siswa dapat dengan mudah mencari ilmu atau informasi yang diperlukannya. Dengan kata lain, peran guru bisa kalah oleh teknologi. Tetapi, belajar bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga menamamkan nilai budi pekerti (transformation of value). Hal tersebut yang tidak dapat dilakukan oleh mesin. Perlu peran dan sentuhan guru dalam melakukannya. Pembelajaran daring secara teknis bisa saja dilakukan, apalagi didukung berbagai aplikasi pembelajaran, tetapi kurang ada sentuhan pedagogik antara guru dan siswa. Berbeda kalau pembelajaran dilakukan secara tatap muka, guru dapat dapat berinteraksi secara langsung, dan ada sentuhan pedagogik dar seorang guru kepada siswanya. Dengan demikian, maka peran guru tidak dapat tergantikan oleh mesin.

Menurut saya, daripada para pengelola sekolah disuguhi berita-berita berkaitan dengan kasus-kasus Covid-19 yang terjadi di sekolah, walau kasus tersebut benar adanya dengan tujuan untuk mengingatkan dan tidak bermaksud menakut-nakuti,  tapi akan lebih baik jika sekolah justru diberikan motivasi dan pendampingan untuk menyiapkan protokol kesehatan sebagai salah satu prasyarat dibukanya kembali KBM tatap muka di sekolah. Berita-berita tentang kasus Covid-19 di sekolah itu perlu dilihat atau dibaca, tapi bertujuan untuk membangun kewaspadaan jangan sampai hal tersebut terjadi di sekolah lainnya, bukan untuk menyebabkan paranoid.

Sebelum sekolah membuka KBM tatap muka, maka dinas pendidikan melalui pengawas harus memastikan bahwa sekolah memang sudah benar-benar siap untuk melaksanakan KBM tatap melalui invetarisasi kelengkapan protokol kesehatan seperti memiliki alat pengukur suhu tubuh (thermo gun), tempat cuci tangan, hand sanitizer, masker, face shield, jaga jarak, pengaturan ruang kelas, pengaturan jadwal belajar bagi peserta didik, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun