Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Widyaiswara yang Piawai Bicara dan Lincah Menulis

8 Februari 2020   10:23 Diperbarui: 8 Februari 2020   10:25 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Walau demikian, intinya setiap WI berharap tujuan diklat tercapai, yaitu mewujudkan setiap peserta diklat yang kompeten. Dengan kata lain, setiap WI saya kira telah memiliki kemampuan public speaking yang baik. Tinggal kemampuannya diasah terus seiring dinamika, tantangan, dan kebutuhan di lapangan.

Adalah sebuah hal yang sangat baik jika seorang WI disamping piawai berbicara juga lincah menulis, karena menurut saya dua kemampuan tersebut merupakan modal penting dan strategis bagi WI. Seorang WI menyebarkan ilmu yang dimilikinya selain melalui pembicaraan, juga melalui tulisan. Dua-duanya saling melengkapi dan saling menguatkan.

Dalam konteks menulis, sebenarnya pada saat diklat calon WI pun, para peserta diklat dibekali dengan kemampuan menyusun bahan ajar. Hal ini bisa menjadi modal bagi WI untuk terus meningkatkan atau mengembangkan kemampuan menulisnya, karena beragam karya tulis bisa dibuat oleh seorang WI, mulai dari dari bahan ajar, diktat, modul, artikel populer, artikel jurnal, makalah/ prosiding, buku, dan sebagainya. 

Beragam jenis karya tulis tersebut, disamping sarana menyebarkan ide, gagasan, dan ilmu pengetahuan, juga dapat menunjang untuk kenaikan pangkat atau karirnya.

Saya sendiri punya pengalaman mengumpulkan Angka Kredit (AK) dari gol. 3D ke 4A hanya dalam 1 tahun. SK jabatan saya sebagai WI Ahli Madya TMT 1 Oktober 2018 jumlah AK 526,52. SK Gol. 3D TMT 1 April 2019 dan pada HAPAK penilaian periode November 2019 dengan total AK yang diperoleh sebesar 642,32, dengan rincian unsur utama sebesar 507,32 dan unsur penunjang sebesar 135. Saya tinggal memenuhi terpenuhinya TMT Pangkat saja, karena baru satu tahun pada pangkat terakhir.

Pencapaian AK saya disamping dikumpulkan dari aspek dikjartih, juga sangat terbantu oleh Karya Tulis Ilmiah (KTI) pengembangan profesi. Dan masalah KTI ini banyak menghambat WI naik pangkat. Banyak WI yang telah memenuhi AK pada aspek dikjartih dan unsur penunjang, tetapi masih kekurangan AK pada aspek KTI pengembangan profesi sebagai salah satu unsur utama.

Kegiatan menulis juga membuat seorang WI bisa makin makin terkenal atau populer, karena tulisan-tulisanya tersebut bisa menjadi sarana promosi diri, dan buku-buku hasil karyanya bisa menjadi "kartu nama" bagi dirinya. Dengan kata lain, karya tulis dapat menjadi jembatan untuk menambah relasi, jaringan, dan silaturahmi.

Sekali lagi idealnya memang seorang WI piawai bicara dan lincah menulis, tapi kenyataannya memang tidak ada yang sempurna. Tidak setiap WI punya kemampuan itu. Disamping kelebihan, dia juga punya kelemahan. Dan banyak alasan pula dikemukakan mengapa WI sulit menulis, mulai dari masalah kesibukan sampai rasa malas.

Walau belum ada hasil riset berapa persen WI yang dapat menulis dengan baik, mungkin persentasenya masih sedikit. Hal ini sebenarnya bisa menjadi motivasi bagi para WI untuk terus mengasah kemampuannya menulis karena banyak masyarakat termasuk dari kalangan pendidikan yang memerlukan pencerahan dari WI yang dianggap sebagai "gurunya guru".

Hal ini perlu menjadi program bagi lembaga pembina WI dan organisasi profesi WI untuk mengadakan diklat, bimtek, atau workshop penulisan KTI bagi para WI agar peningkatan karirnya terbantu, kehormatannya terjaga, dan kehadirannya makin terasa manfaatnya oleh masyarakat. Dengan demikian, jabatan fungsional WI akan semakin semakin berkibar dan semakin diperhitungkan para pemangku kepentingan.

Kalau saya perhatikan lembaga pembina WI atau organisasi profesi WI juga suka menyelenggarakan pelatihan menulis bagi WI, hanya  memang kuotanya terbatas. Harus antri atau giliran. Oleh karena itu, seorang WI sejak diangkat mungkin saja ada yang belum pernah sama sekali mengikuti kegiatan tersebut, karena terkendala masalah kuota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun