Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pelatihan Guru Bukan Sekadar Mengerjakan Lembar Kerja

23 Oktober 2019   06:49 Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:02 3634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru-gGuru-guru Gugus Teratai Tanjung Selor, Bulungan, mempresentasikan hasil analisis masalah pembelajaran dalam satu sesi pelatihan berbasis KKG.(DOK. DISDIKBUD BULUNGAN, KALTARA)

Saya setuju bahwa para peserta pelatihan selain diberikan pemahaman konsep, juga perlu diberikan ruang untuk latihan atau praktik, tetapi bukan berarti "mencekoki" para peserta itu dengan lembar kerja yang kadang bertele-bertele itu dengan alasan agar sistematis. 

Akibatnya, kadang peserta jenuh atau bosan dengan lembar kerja tersebut. Belum lagi, dari sisi format dan keterbacaan, kadang ada lembar kerja yang ambigu atau kurang dipahami oleh peserta pelatihan dan kurang jelasnya penjelasan dari fasilitator.

Menurut saya, kualitas atau ukuran kesuksesan dari sebuah pelatihan guru adalah bukan seberapa banyak lembar kerja yang dikerjakan oleh peserta pelatihan, tetapi sejauh mana kesadaran dan pemahaman guru terhadap tugas pokok dan fungsinya. 

Lembar kerja itu hanya sekadar alat bantu pelatihan saja, bukan suatu hal yang sakral. Oleh karena itu, berikan ruang juga kepada para peserta untuk memodifikasi, menyederhanakan, atau mengembangkan lembar kerja tersebut agar sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Istilah format-format "terstandar" jangan menjadi alasan lembar kerja tersebut tidak boleh diubah-diubah, toh lembar kerja tersebut juga hanya sekadar hasil pemikiran-pemikiran tim pengembangnya yang sewaktu-waktu juga bisa berubah.

Para fasilitator pun menurut saya perlu menelaah urgensi, efektivitas, kepraktisan, dan keterbacaan lembar kerja yang diberikan saat pelatihan, karena situasi dan kondisi dan situasi yang dihadapinya pun beragam. Kalau perlu mengembangkan lembar kerja sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan. 

Disitulah pentingnya fasilitator yang kreatif. Dan hal yang tidak kalah penting adalah fasilitator perlu memberikan umpan balik (feedback) atau penguatan dari lembar kerja yang dikerjakan atau dipresentasikan oleh peserta pelatihan, tidak dibiarkan mengambang untuk mencegah kesenjangan pemahaman atau beragamnya persepsi peserta pelatihan.

Menurut saya, hal yang paling substansial dari sebuah pelatihan guru adalah membangun pola pikir (mindset) guru untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Adapun strateginya diserahkan kepada guru itu sendiri, karena guru memiliki gaya mengajar masing-masing. 

Mengajar bukan hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga soal rasa dan seni dalam melakukannya. Dua hal inilah yang menjadikan setiap guru memiliki ciri khas atau karakter masing-masing. 

Belum lagi guru dihadapkan pada para peserta didik yang memiliki beragam karakter dan sarana-prasarana kelas yang beragam pula.

Jadikan guru sebagai aktor, bukan sebagai administrator. Berikan guru ruang untuk berkreativitas dalam mengajar, bukan disibukkan dengan berbagai administrasi yang membebani mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun