Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi dan Pendidikan Karakter dalam Tulisan Tegak Bersambung

5 Juli 2019   15:24 Diperbarui: 5 Juli 2019   15:38 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa SD khususnya pada kelas rendah adalah menulis tegak bersambung. Saya sendiri pernah mengalaminya saat saya belajar di MI (setara SD). 

Saya ingat, saat itu guru kelas I, II, dan III mengajarkan menulis dengan tangan. Tulisan tangan tegak bersambung guru-guru zaman dulu memang dikenal bagus, rapi, dan indah. Kalau menulis di papan tulis, terlihat begitu menikmati goresan demi goresan kapur atau pena. Menulisnya tidak terburu-buru sehingga hasilnya indah.

Sebelum menyampaikan materi, guru menggarisi papan tulis dengan kapur, lalu memberi contoh tulisan tegak bersambung yang harus ditiru oleh para siswa.  Saya termasuk yang senang kalau ada materi tersebut, karena saya senang dengan seni menulis indah. Para siswa menyiapkan pensil yang telah diserut atau dipertajam. Setelah guru memberi contoh, para siswa diminta untuk menulis sesuai dengan yang dicontohkan.

Selintas, materi menulis tegak bersambung hanya sekadar mengajarkan supaya siswa bisa menulis, tetapi dari prespektif literasi hal tesebut bisa diambil nilai atau pelajaran. 

Dari konteks literasi, pelajaran menulis merupakan salah satu bentuk literasi dasar. Mulai dari menulis huruf, merangkai huruf menjadi kata demi kata, hingga menjadi sebuah kalimat. Walau sama-sama menulis, tetapi menulis huruf tegak bersambung berbeda dengan guru latin. Menulis huruf latin yang penting bisa terbaca walau bentuknya tidak terlalu indah, tetapi kalau menulis huruf tegak bersambung, samping keterbacaan, juga memperhatikan kerapihan dan keindahan.

Mengajarkan menulis kepada siswa, apalagi kepada siswa kelas rendah bukan hal yang mudah. Perlu kesabaran guru, mulai dari cara memegang pensil hingga cara menulis huruf demi huruf. 

Pada pembelajaran menulis pun, para siswa diajari cara menulis yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) misalnya cara menulis huruf kecil atau besar, tanda baca, dan sebagainya.

Dari konteks pendidikan karakter, pelajaran menulis huruf tegak bersambung sarat dengan muatan pendidikan karakter, diantaranya; ketelatenan, ketelitian, kerja keras, sungguh-sungguh, pantang menyerah, mencintai keindahan, mencintai kerapihan, mengasah kelembutan, dan tidak tergesa-gesa.

Hal yang saya rasakan sendiri saat setelah menyelesaikan tugas menulis tegak bersambung adalah kebahagiaan dan kepuasan. Bahkan seni menulis indah tersebut terus diasah hingga bisa masuk ke dalam kategori kaligrafi. Orang-orang yang tulisan tangannya bagus suka diminta untuk menulis ijazah, sertifikat, atau membuat tulisan-tulisan untuk hiasan dinding.

Pembelajaran menulis huruf tegak bersambung memang saat ini masih diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi tidak dapat pula dipungkiri bahwa kualitas tulisan para siswa cenderung semakin sulit dibaca (untuk tidak mengatakan jelek). Bahkan guru yang memiliki kemampuan menulis huruf tegak bersambung yang indah pun sudah relatif jarang, sehingga hal ini menurut saya juga akan menurunkan kualitas pembelajaran huruf tegak bersambung.

Saya sendiri tidak tahu apakah di program studi PGSD ada pelajaran menulis huruf tegak bersambung atau tidak? Saya berharap ada, karena menulis tegak bersambung bukan hanya sekedar pelajaran menulis, tetapi ada muatan literasi dan pendidikan karakternya. 

Para calon guru perlu belajar menulis tulisan tangan yang rapi, apalagi mereka saat menjadi wali kelas harus mengisi buku rapor siswa, buku induk, atau administrasi yang lainya. Ahli membaca tulisan tangan (grafolog) ada yang berpendapat bahwa tulisan mencerminkan karakter orangnya.

Kalau melihat tulisan siswa zaman sekarang, hampir jarang yang menggunakan tulisan tegak bersambung. Gaya tulisannya lebih banyak yang berkarakter latin dan terpisah. Kalau pun ada yang menulis tegak bersambung, tetapi sulit terbaca, jangan guru, dia sendiri pun bingung membacanya. 

Karakter siswa yang lebih mudah marah, lebih cepat bosan, kurang kurang ulet dalam belajar mungkin saja karena karakternya kurang terasah oleh tugas-tugas yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kehalusan seperti menulis tulisan tegak bersambung.

Untuk membangun minat siswa dalam menulis tegak bersambung, guru-guru disamping harus perlu menyajikan materi pelajaran menulis huruf tegak bersambung dengan menarik dan penuh kesabaran, sebaiknya hasil kerja siswa dihimpun, dibuat sebagai portofolio, sehingga siswa merasa senang dan merasa dihargai. Kalau diperlukan, diadakan lomba menulis huruf tegak bersambung agar para siswa semakin termotivasi untuk menulis huruf tegak bersambung.  Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun