Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan, Multikulturalisme, dan Pendidikan Multikultural

15 Mei 2019   14:41 Diperbarui: 15 Mei 2019   15:02 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saling menghormati dan saling menghormati juga dalam hal pelaksanaan salat tarawih. Ada yang melaksanakan 11 rakaat dan ada pula yang 23 rakaat. Semuanya memiliki dasar hukum dan semuanya baik. Yang tidak baik itu yang tidak melakukan salat tarawih. Jadi jumlah rakaat tidak perlu diperdebatkan. Silakan lakukan sesuai dengan keyakinan dan tradisi masing-masing saja.

Salah satu kegiatan untuk mengisi bulan ramadan adalah membaca (tadarrus) Alquran di masjid. Perlu juga diperhatikan etika, apakah menggunakan pengeras suara atau tidak? Apalagi kalau tadarusannya malam hari disaat orang perlu istirahat, ada orang sakit, atau anak kecil yang tidur.

Jelang lebaran, umat Islam mengeluarkan zakat fitrah untuk menyempurnakan ibadah puasanya sekaligus untuk menyucikan dirinya, lalu diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan agar semuanya bisa bersuka cita menyambut lebaran. Berikutnya tradisi mudik yang merupakan mobilisasi manusia paling besar didunia menjadi sebuah gambaran bahwa lebaran merupakan hal yang sakral dan perlu dirayakan bersama dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Istilahnya, ga mudik, ga rame, ga mudik, ga seru. Saat lebaran, umat Islam melaksanakan berbagai tradisi, antara lain tradisi saling mengantar makanan (walau saat ini tradisi ini sudah hampir hilang), membuat ketupat dan berbagai kuliner lainnya, bersilaturahmi, ziarah kubur, dan sebagainya.

Berbagai aktivitas atau tradisi yang dilakukan oleh umat Islam saat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan sejatinya perlu dijadikan sebagai sarana pendidikan multikultural, sebagai alat untuk merajut kebersamaan, mengokohkan persatuan dan kesatuan, membangun toleransi, memajukan peradaban, menguatkan perdamaian, sehingga NKRI yang flural ini dapat tetap terjaga keutuhannya. Hal ini dapat terwujud jika setiap umat Islam yang berpuasa memahami makna puasa, memiliki kesadaran kolektif, dan memiliki keinsyafan bahwa puasa bukan hanya membangun kesalehan individu juga kesalehan sosial. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun