Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

CPNS, Pengangguran dan Pentingnya Membangun Jiwa Wirausaha

20 September 2018   15:06 Diperbarui: 20 September 2018   16:59 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2018 pemerintah membuka lowongan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Ribuan posisi di lembaga pemerintah pusat maupun pemerintah daerah akan diperebutkan oleh sekian banyak orang pelamar. Tingkat persaingannya biasanya sangat tinggi. Oleh karena itu, setiap pelamar harus berjuang sangat keras untuk bisa lulus.

Bagi yang berminat mengikuti test CPNS, berbagai persiapan pun dilakukan, mulai dari persiapan administratif, hingga mempelajari soal-soal test CPNS. Dan hal ini pun dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk menyelenggarakan pelatihan strategi menjawab soal-soal test yang diujikan secara online.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pekerjaan yang banyak diidam-idamkan oleh banyak lulusan perguruan tinggi, karena walau tidak menjamin bisa hidup kaya raya seperti pengusaha, tetapi minimal bisa menjanjikan hidup cukup, punya penghasilan tetap dan masuk ke "zona aman" walau saat ini pun sebenarnya posisi PNS tidak senyaman yang dibayangkan. 

Karena seiring dengan reformasi birokrasi dan revolusi mental di lingkungan PNS, tuntutan terhadap peningkatan kinerja semakin tinggi dan pengawasannya pun semakin ketat. Belum lagi citra PNS tercoreng seiring munculnya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh PNS. Badan Kepegawaian Negara (BKN) ada 2.357 PNS yang terjerat kasus korupsi yang kasusnya telah berkekuatan hukum tetap dan menunggu proses pemecatan.

Selain harapan mendapatkan penghasilan tetap, banyak sarjana yang ingin menjadi PNS juga erat kaitannya dengan gengsi atau prestise, karena tidak dapat dipungkiri, di lingkungan masyarakat khususnya di lingkungan pedesaan, seorang PNS punya gengsi tersendiri, apalagi kalau terlihat hidup PNS bruh-breh atau hidup makmur seiring dengan peningkatan gaji PNS dari waktu ke waktu.

Sekian tahun yang lalu, penerimaan CPNS diwarnai "bau" tidak sedap berupa adanya suap, kolusi, dan nepotisme, tetapi seiring dengan perbaikan sistem seleksi, maka hal tersebut sudah semakin sulit dilakukan oleh oknum-oknum yang suka "bermain" dalam rekruitmen CPNS. Walau demikian, masih saja ada orang yang percaya dengan janji-janji dan rayuan oknum tertentu bisa memuluskan jalan menjadi CPNS dengan membayar sejumlah uang tertentu, sehingga mereka pun banyak yang tertipu.

Penerimaan CPNS tahun ini diwarnai dengan protes guru-guru honorer K-2 yang berusia di atas 35 tahun yang merasa kecewa karena tidak bisa mendaftar menjadi CPNS. Oleh karenanya, banyak guru honorer di daerah menuntut agar pemerintah mengubah aturan tersebut sehingga mereka bisa ikut serta dalam seleksi, bahkan harapannya bisa langsung diangkat menjadi CPNS mengingat mereka sudah mengabdi selama belasan bahkan puluhan tahun.

Banyaknya jumlah pelamar CPNS karena memang banyak pengangguran dari kalangan berpendidikan. Bursa-bursa lapangan kerja selalu dipenuhi oleh ribuan pelamar. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia per Februari 2018 berjumlah 6,87 juta orang atau 5,13%. Angka ini turun sekitar 2% dibandingkan dengan Februari 2017 yang berjumlah 7,01 juta orang atau 5,33%. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, jika dilihat menurut pendidikan tertinggi maka persentase pengangguran tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 8,92%. (detik.com, 07/05/2018).

Banyaknya pelamar CPNS pun tidak dapat dipungkiri kaitannya dengan pola pikir lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang memilih mencari pekerjaan daripada berwirausaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun