Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Apakah Puasa Kita Mabrur?

14 Juni 2018   17:43 Diperbarui: 14 Juni 2018   17:40 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

APAKAH PUASA KITA MABRUR?

Oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

Sebulan penuh umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Semua sidah mafhum bahwa hakikat puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum, dan melakukan hubungan suami istri dari mulai subuh sampai dengan datangnya waktu berbuka puasa di waktu maghrib, tetapi yang paling utama adalah mengendalikan hawa nafsu. Dan ini adalah tantangan yang paling sulit dihadapi oleh orang yang berpuasa. Nafsu untuk untuk berperilaku menyimpang, nafsu menyebar hoax dan fitnah, nafsu membicarakan kejelekan oran lain, nafsu malas melakukan amal kebaikan, nafsu mengumbar amarah,  dan bahkan jelang lebaran nafsu untuk berbelanja kebutuhan lebaran.

Rasulullah Saw mengingat jika ada orang yang mengajak atau memancing perselisihan, maka kita katakann kepada mereka "aku sedang berpuasa" agar jangan sampai puasa kita sia-sia, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Disitulah esensinya adalah pengendalian diri. Dan perjuangannya memang tidak mudah. Butuh kerja keras dan sikap istikamah dalam pengamalannya.

Puasa adalah ibadah yang khusus. Mengapa demikian? Karena puasa dinilai langsung oleh Allah Swt. Dalam Hadits Qudsi, Allah Swt berfirman "Puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya." Dengan demikian, satu-satu Dzat yang mengetahui kualitas puasa seorang hamba adalah Dia. Dialah yang memiliki hak prerogatif untuk menerima atau menolak puasa hamba-Nya. Tentunya setiap umat Islam yang berpuasa berharap puasanya tersebut diterima oleh Allah Swt. Dan pertanyaannya adalah sejauh mana dia berikhtiar memantaskan diri agar puasa diterima oleh-Nya?

Puasa bukan hanya sekedar ibadah mahdah, yaitu sebagai bentuk ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta, tapi juga menjadi ibadah ghair mahdah  karena puasa merupakan sarana melatih kepekaan sosial, peduli terhadap sesama manusia, utamanya yang hidupnya kekurangan. Dengan kata lain, puasa bukan hanya membentuk kesalehan sosial, tapi juga kesalehan sosial, dan kesalehan emosional.

Setiap hamba yang berpuasa tentunya berharap puasa selama sebulan diterima oleh Allah Swt atau puasanya mabrur. Pertanyaannya adalah apa ukuran ukuran indikator sebuah puasa yang mabrur. Untuk mengetahui atau untuk meyakinkan bahwa puasa puasa kita mabrur, ada baiknya kita menjawab secara jujur beberapa pertanyaan  berikut ini.

Apakah ibadah puasa yang dilakukan dilandasi oleh iman dan takwa dan mengharap rida Allah? apakah ibadah puasa mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah? apakah ibadah puasa mampu membentuk diri kita semakin takut kepada Allah? apakah ibadah puasa kita mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah? Apakah ibadah puasa semakin meningkatkan kepedulian kita terhadap kaum dhuafa? Apakah ibadah puasa mampu meningkatkan kualitas akhlak kita? jika puasa mampu melahirkan perbaikan atau peningkatan kualitas diri, berarti puasa kita tersebut mabrur.

Manusia adalah makhluk yang memiliki dua sisi, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Orang yang baik bukanlah manusia yang sama sekali tidak memiliki kesalahan. Sekecil apapun, pasti memiliki kesalahan. Dan salah satu dampak puasa mabrur adalah jika seorang hamba mawas diri dari setiap kesalahan yang dilakukan dan segera memperbaiki diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun