Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Widyaiswara Penulis, Sebuah Anugerah dan Kesaksian

28 Maret 2017   20:09 Diperbarui: 28 Maret 2017   20:20 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis ketika menyampaikan materi pada sebuah kegiatan kegiatan. (Foto : Dok. Pribadi)

Tidak dapat dipungkiri, menulis telah mengubah hidup Saya. Dari orang yang dinilai tidak ada apa-apanya, menjadi manusia yang diperhitungkan, dinilai dapat memberikan atau berbagi ilmu atau pengalaman kepada sesama. Dari sosok yang tidak dikenal menjadi sosok yang relatif dikenal, khususnya di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan di provinsi Jawa Barat.

Dari menulis, Saya diundang menjadi narasumber dialog pendidikan di radio lokal seperti RRI Bandung, PR FM, dan Elshinta. TV Lokal seperti IMTV, Sindo TV, I-News TV dan TVRI Jabar dan Banten. Penampilan Saya di radio dan TV menjadi iklan gratis bagi Saya di saat banyak orang yang ingin diliput oleh media. Saya pun beruntung beberapa kali terlibat pada kegiatan-kegiatan Kemdikbud, bisa berkunjung ke beberapa provinsi di Indonesia. Itu semua karena berkah menulis.

Berkah menulis, Saya pun memiliki kenangan yang sangat berkesan dan mungkin sulit untuk kembali terulang. Antara lain, pernah ditelepon secara langsung oleh Mendikbud Anies Baswedan tanggal 30 Desember 2015 yang isinya mengapresiasi tulisan Saya tentang membangun integritas di Kemdikbud, diundang oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi Juli 2016, dan tulisan Saya tentang Tiga Agenda Implementasi Kurikulum 2013 mendapat apresiasi dari Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad. Saya pun mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan semua rekan yang memberikan apresiasi dan memotivasi Saya untuk terus berkarya.

Dari menulis, Saya mengambil pelajaran bahwa sebuah pekerjaan harus dilakukan secara total dan profesional. Bukan hanya sekedar mengejar honor atau penghasilan. Bagi tenaga profesional, uang tidak melulu harus dicari, tapi akan datang sendiri mana kala dia layak untuk mendapatkannya. Hal tersebut lahir dari kepercayaan pengguna jasa terhadap kualitas atau kompetensi sang tenaga profesional.

Kepercayaan bagi seorang penulis tidak lahir begitu saja, tetapi melalui proses panjang seiring dengan kualitas dan kuantitas tulisan yang dihasilkan. Proses menuju kesuksesan diwarnai dengan berbagai tantangan, mulai dari ketidakpercayaan diri sendiri, kegagalan, kritik, sindiran, dan sinisme pihak-pihak yang kurang mendukung sampai akhirnya hal-hal tersebut dijawab melalui karya nyata.

Kepercayaan biasanya diiringi dengan popularitas. Kepercayaan dan popularitas harus dikelola dengan baik karena bisa menyebabkan seseorang menjadi takabur atau besar kepala. Dan Saya pun menyadarinya. Oleh karena itu, Saya menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk semakin rendah hati, berilmu padi, disertai peningkatan kualitas diri. Saya harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Isi tulisan harus semakin berkualitas, karena ada tanggung jawab intelektual dan moral dari tulisan yang Saya buat.

Menulis harus diawali dengan niat baik. Tidak semata-mata bertujuan mencari popularitas atau penghasilan, tetapi ketika seseorang sudah banyak menulis dan tulisannya tersebut dinilai berkualitas, mampu memotivasi, dan menginspirasi para pembacanya, maka popularitas akan datang dengan sendirinya. Akan memiliki penggemar, akan banyak yang antri minta difoto bareng, dan akan antri yang meminta tanda tangannya.

Berkaitan dengan tupoksi Widyaiswara, pasal 1 ayat (2) Permeneg PAN dan RB Nomor 22 tahun 2014 menyebutkan bahwa “Widyaiswara adalah PNS yang jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, dan/atau melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang selanjutnya disingkat Dikjartih PNS, dan melakukan evaluasi dan pengembangan Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah.

Ayat (3) menyebutkan bahwa Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk Dikjartih PNS, dan melakukan Evaluasi dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah.

Sama halnya dengan guru dan dosen, widyaiswara adalah tenaga fungsional yang bergerak pada ranah akademik, hanya bedanya pada subjek yang  diberikan pelatihan saja. Guru mengajar siswa, dosen mengajar mahasiswa, sedangkan Widyaiswara mengajar, mendidik, dan melatih Aparatur Sipil Negara (ASN)/PNS, termasuk di dalamnya pendidik tenaga kependidikan yang berstatus ASN.

Sebagai kalangan akademisi, maka widyaiswara sudah selayaknya akrab dengan dunia membaca dan menulis. Widyaiswara harus banyak membaca untuk menambah pengetahuan pada bidangnya, dan harus menulis bahan ajar, atau karya tulis lain sebagai bentuk pengembangan profesinya. Saya yakin pengurus ikatan Widyaiswara pun menyarankan demikian, tetapi nyatanya, banyak widyaiswara yang mengalami kesulitan menulis, atau tidak sempat dengan alasan kesibukan, sehingga ada yang lama tidak dapat naik pangkat karena belum memenuhi angka kredit dari unsur pengembangan profesi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun