Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menakar Masa Depan Rupiah: Melemah Sementara atau Terus Menurun?

10 April 2025   15:15 Diperbarui: 10 April 2025   15:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto Uang Kertas (Sumber: Pixabay/stevepb)

Akhir-akhir ini, rupiah lagi-lagi jadi topik hangat. Nilainya yang terus melemah terhadap dolar bikin banyak orang mulai was-was---mulai dari pelaku usaha, pengamat ekonomi, sampai masyarakat biasa yang jadi makin mikir dua kali sebelum belanja online barang impor. Tapi sebenarnya, kita perlu bertanya lebih dalam: ini hanya pelemahan sementara atau pertanda bahwa rupiah memang sedang dalam tren penurunan jangka panjang?

Fenomena pelemahan rupiah memang bukan hal baru. Tapi kali ini, banyak faktor global yang jadi pemicunya---mulai dari suku bunga tinggi di Amerika Serikat, tensi geopolitik yang belum reda, sampai perlambatan ekonomi global yang bikin investor makin selektif dalam menaruh dananya. Belum lagi kalau kita bicara tentang capital outflow alias keluarnya modal asing dari pasar Indonesia yang makin memperlemah posisi rupiah. Tapi, apakah itu berarti rupiah tidak punya harapan?

Realitas Global yang Sulit Ditepis

Kita nggak bisa memungkiri bahwa kondisi eksternal punya pengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah. Ketika The Fed (bank sentral AS) memutuskan mempertahankan suku bunga tinggi, dolar jadi makin seksi di mata investor global. Uang pun mengalir deras ke AS, dan rupiah pun seperti mata uang negara berkembang lainnya kena imbasnya.

Namun, dalam situasi seperti ini, penting buat kita nggak cuma jadi penonton yang pasrah. Justru ini saatnya untuk mengkaji lagi strategi ekonomi dalam negeri. Kita bisa bertanya: bagaimana cara pemerintah dan Bank Indonesia menghadapi tekanan ini? Apakah cukup hanya dengan intervensi pasar atau harus ada pendekatan yang lebih struktural?

Ketahanan Ekonomi Domestik Jadi Kunci

Meski rupiah tampak melemah, bukan berarti ekonomi kita sepenuhnya rapuh. Beberapa indikator makro menunjukkan bahwa konsumsi domestik masih cukup kuat, neraca perdagangan masih mencatat surplus, dan sektor industri perlahan mulai pulih dari dampak pandemi. Tapi masalahnya, kekuatan ini belum sepenuhnya diimbangi dengan reformasi struktural yang bisa memperkuat rupiah dalam jangka panjang.

Kita butuh lebih dari sekadar stabilisasi jangka pendek. Misalnya, ketergantungan Indonesia terhadap barang impor masih tinggi. Ketika nilai rupiah turun, harga barang impor langsung melambung. Ini artinya, kalau kita tidak segera memperkuat industri dalam negeri dan menumbuhkan sektor yang berorientasi ekspor, rupiah akan terus "keringetan" setiap kali tekanan global datang.

Melemahnya Rupiah: Peluang atau Ancaman?

Nah, ini bagian menariknya. Melemahnya rupiah nggak melulu berarti hal buruk. Bagi sektor ekspor, ini bisa jadi peluang. Produk-produk lokal jadi lebih kompetitif di pasar internasional. Turis asing pun akan merasa Indonesia makin "murah", yang artinya sektor pariwisata bisa diuntungkan. Tapi, tentu saja ini hanya bisa dimaksimalkan kalau kita siap dari sisi kualitas produk dan infrastruktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun