Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadikan Ramadhan sebagai Momen untuk Memperkuat Iman Keluarga

22 Maret 2025   10:18 Diperbarui: 22 Maret 2025   10:18 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Keluarga (Sumber: Pixabay/s05prodpresidente)

Ramadan selalu datang dengan nuansa yang berbeda. Ada ketenangan, ada kebersamaan, dan tentu saja ada kesempatan untuk menjadi lebih baik, baik secara pribadi maupun sebagai keluarga. Sayangnya, sering kali kita terlalu fokus pada ibadah individu---puasa, tarawih, tadarus---tanpa menyadari bahwa bulan ini juga bisa menjadi waktu terbaik untuk memperkuat iman dalam lingkup keluarga.

Banyak keluarga yang menjalani Ramadan seperti rutinitas tahunan: sahur, puasa, berbuka, tarawih, tidur, dan mengulangnya keesokan harinya. Padahal, Ramadan bisa lebih dari itu. Bulan ini bisa menjadi momen untuk membangun kebiasaan baru, mempererat hubungan, dan menjadikan keluarga sebagai ekosistem keimanan yang kuat. Bagaimana caranya?

Ramadan Bukan Sekadar Puasa, tapi Proyek Keluarga

Bagi sebagian orang, Ramadan sering kali hanya diartikan sebagai menahan lapar dan haus. Namun, jika melihat lebih dalam, Ramadan adalah momentum membangun kebiasaan baru yang lebih bermakna.

Coba ubah perspektif: anggap Ramadan sebagai proyek keluarga. Setiap anggota keluarga bisa memiliki peran masing-masing. Orang tua bisa menjadi 'pemimpin spiritual' yang memberi contoh dalam ibadah dan akhlak, sementara anak-anak bisa diajak untuk turut serta dalam kegiatan yang membangun iman bersama.

Misalnya, bukan hanya sekadar sahur dan buka bersama, tapi juga menciptakan waktu khusus untuk berbincang tentang makna Ramadan, berbagi kisah-kisah inspiratif, atau bahkan menyusun target ibadah yang bisa dicapai bersama-sama. Dengan cara ini, Ramadan bukan lagi sekadar kewajiban individual, tapi sebuah perjalanan spiritual kolektif dalam keluarga.

Dari Ritual ke Kebiasaan: Membangun Tradisi Keimanan dalam Keluarga

Banyak orang merasa bersemangat di awal Ramadan, tetapi kehilangan ritme di tengah jalan. Salah satu alasan utamanya adalah karena ibadah sering dianggap sebagai tugas harian, bukan bagian dari kebiasaan yang mengakar dalam keseharian keluarga.

Ramadan bisa menjadi waktu yang tepat untuk membangun tradisi baru dalam keluarga. Tradisi ini tidak perlu besar atau rumit, yang penting memiliki makna. Misalnya, bisa dimulai dengan kebiasaan membaca Al-Qur'an bersama setiap sore menjelang berbuka, berbagi makanan dengan tetangga secara rutin, atau mendiskusikan satu ayat Al-Qur'an setiap hari.

Ketika kebiasaan ini dilakukan secara konsisten, lama-kelamaan Ramadan bukan lagi sekadar 'bulan ibadah', tapi menjadi momentum yang menciptakan warisan spiritual dalam keluarga yang akan terus terbawa bahkan setelah Ramadan berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun