Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Media dalam Membentuk Persepsi Publik terhadap Isu Sosial

6 Desember 2024   15:22 Diperbarui: 6 Desember 2024   15:34 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto  Seseorang Menggunakan Media Sosial (Sumber: Pixabay/MarieXMartin )

Sekali pun dalam bentuk yang berbeda, media berfungsi sebagai jendela yang tak tergantikan melalui mana orang melihat dan memahami dunia. Baik melalui liputan berita televisi, media cetak atau outlet media sosial online, informasi memiliki kapasitas yang kuat untuk mempengaruhi persepsi orang terhadap fenomena sosial. Namun, apakah dampak ini selalu positif, atau sebaliknya membawa bahaya manipulasi dan distorsi? Artikel ini akan berusaha memahami mengapa dan bagaimana media membentuk persepsi publik, celah-celah yang mereka andalkan, dan prospek untuk memperluas narasi atau diskursus mereka menjadi lebih inklusif dan adil.

Media sebagai Cermin dan Pembentuk Realitas

Media juga dapat dianggap sebagai kendaraan yang mencerminkan realitas sosial kembali masyarakat. Media melaporkan peristiwa, menangani masalah penting, dan memfasilitasi diskusi publik. Namun, penting untuk ditekankan bahwa media tidak hanya melakukan satu hal tetapi menjalankan berbagai fungsi lain yang membentuk persepsi kita tentang realitas.

Mengubah penyajian isu sosial seperti kemiskinan atau perubahan iklim menuju pendekatan yang lebih statistik sementara mengabaikan narasi manusia menciptakan persepsi yang dingin secara emosional dan mengurangi empati terhadap masalah tersebut. Sebaliknya, pemberitaan yang bersifat emosional dan tidak berdasarkan fakta dapat menumbuhkan kesalahpahaman atau bahkan menimbulkan perpecahan di masyarakat.

Salah satu contohnya bisa dilihat pada apa yang terjadi di liputan media terkait perkembangan isu kesehatan mental dalam cakupan yang lebih luas. Topik-topik tertentu diangkat sebagian besar Ditempatkan dalam dua hal stigma. Namun dengan bertumbuhnya kesadaran dan berkembangnya cara media menulis tentang isu tersebut, semakin banyak orang kini dapat dan ingin memahami dan menghargai kesehatan mental. Ini menguraikan wawasan tentang betapa pentingnya media untuk diubah dilihat dari segi stigma ke pengertian.

Tantangan dalam Era Digital

Media sosial disisi lain telah sepenuhnya mengubah cara kita berbagi informasi. Twitter, Instagram, dan TikTok telah memberi platform bagi orang-orang yang terpinggir. Oleh karena itu, isu substantif kesetaraan gender, keadilan rasial, dan perubahan iklim sekarang bisa lebih banyak terjadi di Andoran dengan kekhawatiran seperti viralitas kampanye.

Ketika kita beralih ke era digital yang tidak hanya memiliki keunggulan, tetapi juga memiliki tantangan yang cukup besar, yaitu disfungsi informasi. Algoritma media sosial memelihara bias dan menyoroti isi yang menarik perhatian, persuasif dan provokatif tipe isi yang paling penting yang mencegah masyarakat dari pemahaman apa yang sosial produktif.

Misalnya, isu pengungsi sering kali dibingkai dalam konteks yang terpolarisasi baik sebagai ancaman atau sebagai korban yang ekstrem. Ketimpangan narasi ini menimbulkan kebingungan masyarakat dalam menyikapinya. Tanpa pemeriksaan fakta yang kuat, media sosial dapat dengan mudah menjadi tempat berkembang biaknya informasi yang salah.

Narasi yang Beragam: Kunci untuk Persepsi yang Lebih Adil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun