Jam dinding menunjukan 05.30 pagi. Selasa, 20 Januari 2020, udara pulau Wangi Wangi, kab. Wakatobi sejuk menyegarkan. Gelap berangsur pergi. Mentari pagi perlahan menjemput. Sinar matahari menyembul malu di ujung timur.
Sinarnya menyelinap dari balik pintu kamar hotelku, di pavilion diatas ujung air laut yang menjorok ke darat. Air laut pasang "sedang" pagi itu. Riak gelombang air bergemercik kecil di depan kamar. Udara laut pagi menyambut. "Pas sekali, cuaca hari ini untuk berenang di laut (snorkeling). Tidak hujan, udara segar, dan air laut sedang pasang normal", gumanku.
Sesuai janji, pukul 06.00 pagi, Seto Ariyadi, pemilik "Wakatobi Dive Trip" dengan mobil menjemputku dan dua teman untuk snorkeling di laut. 10 menit waktu tempuh dari hotel ke pantai. Sepanjang perjalanan, kami berbincang sejarah kehidupan bisnis penyelaman Seto.Â
Ceritanya inspiratif dan penuh kegigihan dalam membangun usaha. Menurutnya, betul-betul dari nol ia membangun usaha hingga kini memiliki pemasukan besar. Sebelum sampai di laut, Udin, staff pendamping selam, bergabung di jok belakang mobil.
Pukul 06.15, kami sampai di tepi laut. Ada dermaga kecil untuk memarkir mobil pas di bibir laut. Sepertinya, lokasi ini fovorit untuk memulai snorkeling dan berangkat diving dengan perahu ke tengah samudra.Â
Di lokasi ini pula, pertama saya bertemu Seto bersama cliennya pulang menyelam dua hari lalu. Suasananya sepi dan belum ada orang. Air laut jernih di hadapanku memanggil-manggil. Aneka biota laut (ikan berwana biru, kuda laut, dsb) terlihat jelas menari-nari di dalamnya. Sementara itu, ikan-ikan kecil berenang beriringan di sisi lain di tepi pantai. Jernih sekali airnya.
Angin semilir laut mendesir. Ombak kecil pantai menderu perlahan. "Wah suasananya cocok nih untuk snorkeling pagi-pagi", seloroh Seto. Tanpa banyak cerita, saya mengambil baju selam di bagasi mobil dan mengenakannya. Pelan-pelan kakiku masuk ke dalam pantai. Dingin namun menyegarkan kulit badanku.
Snorkeling dimulai. Udin, pendamping selam yang sudah di laut, memberi instruksi kepada saya untuk tidak banyak bergerak di dalam air. Bila itu terjadi, maka seluruh badan cepat capai. Maklum, terbiasa berenang di sungai..ha..ha...ha...
Secepat kilat, saya ikuti semua anjuran Udin. Kakiku yang sedari tadi bergerak aktif di laut seperti layaknya berenang, kini gerakan kakiku efesien. Kedua tangan saya buka mengembang dengan gaya kupu-kupu. Tiba-tiba badanku serasa melayang di air laut. Ini berkat pelampung di badan yang mengapungkan tubuhku. Sepuluh menit pertama, saya habiskan untuk pemanasan dengan mencoba berbagai gerak. Selanjutnya, saya nyaman mengambang di atas laut, dan menyelam di dasar laut.